dc.description.abstract | Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu Pemuliaan dan Genetika Ternak, Jurusan Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan IPB, selama delapan minggu dari tanggal 28 Pebruari hingga tanggal 24 April 1987. Tujuan penelitian adalah untuk melihat pengaruh kepadatan kandang dan pemotongan paruh terhadap frekuensi pematukan bulu dan penampilan puyuh Jepang umur 2 - 8 minggu. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) percobaan Faktorial 2 x 4 dengan tiga ulangan. Setiap unit percobaan terdiri dari 20 ekor puyuh tanpa pem- bedaan jenis kelamin. Data diolah dengan sidik ragam dan uji banding yang digunakan adalah uji banding Orthogonal.
Kepadatan kandang yang digunakan adalah 200 cm persegi dan 120 cm persegi per ekor. Perlakuan pemotongan paruh yang dilaksanakan adalah seperempat bagian paruh atas, se- perempat bagian paruh bawah, seperempat bagian paruh atas dan paruh bawah serta tanpa pemotongan paruh. Peubah yang diukur terdiri dari frekuensi pematukan
bulu, pertambahan bobot badan, konsumsi ransum dan konversi ransum. Kondisi tubuh puyuh diamati secara kualitatif. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa frekuensi pematukan bulu, pertambahan bobot badan, dan konsumsi ransum tidak dipengaruhi oleh kepadatan kandang dan pemotongan paruh. Ada interaksi antara kepadatan kandang dan pemotongan paruh pada konversi ransum (P<0.05).
Pada kandang dengan tingkat kepadatan normal, pemotongan seperempat bagian paruh atas dan paruh bawah memberi nilai konversi ransum yang paling rendah (7.11), sedangkan pada kandang padat puyuh yang tidak dipotong paruhnya mempunyai konversi ransum paling rendah (7.04).
Secara kualitatif puyuh tanpa pemotongan paruh memperlihatkan kondisi punggung botak dan adanya luka akibat dipatuk teman sekandang. | id |