Show simple item record

dc.contributor.advisorHerman, Rachmat
dc.contributor.advisorKartiarso
dc.contributor.authorEffendi, Epen
dc.date.accessioned2024-04-23T03:15:40Z
dc.date.available2024-04-23T03:15:40Z
dc.date.issued1983
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/146861
dc.description.abstractSalah satu cara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan protein hewani adalah dengan mengusahakan peternakan yang intensif namun mudah penanganannya, murah pembiayaannya dan menguntungkan. Sehubungan dengan itu maka kelinci meru- pakan salah satu jenis ternak yang potensial untuk dikembangkan. Suatu penelitian tentang pengaruh macam ransum terhadap produksi bagian yang dikonsumsi dan bagian yang tidak dikonsumsi pada kelinci jantan lokal telah dilakukan di Laboratorium Ilmu Produksi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor sejak tanggal 23 Februari 1983 sampai tanggal 1 Mei 1983. Hewan percobaan terdiri atas 40 ekor kelinci jantan lokal dengan bobot badan 693 29 gram yang dikelompokkan secara acak menjadi 5 perlakuan dengan 8 ulangan untuk setiap perlakuan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap yang dianalisa dengan menggunakan analisis peragam (Co-Variance). Perlakuan yang diberikan adalah tingkat protein ransum 9, 12, 15, 18 dan 21% dengan tingkat energi (Gross Energy) yang sama yaitu 3850 Kal/gram. Hasil percobaan yang diperoleh memperlihatkan mening- katnya tingkat protein ransum menghasilkan bobot potong yang makin meningkat dengan konversi ransum yang makin menurun. Tingkat protein ransum tidak mempunyai pengaruh yang nyata pada bobot 'edible' yang diperoleh dari semua bagian tubuh baik pada bobot potong yang sama atau pada bobot tubuh kosong yang sama, kecuali pada bobot total 'edible' pada bobot potong yang sama (P<0.05). Bobot total "edible" pada ransum 9% sangat nyata lebih tinggi dari pada perlakuan lainnya, dan bobot total "edible" meningkat dengan berkurangnya persentase protein dalam ransum. Perlakuan berpengaruh terhadap bobot total "inedible" pada bobot potong dan bobot tubuh kosong yang sama (P<0.05). Bobot total inedible" pada tingkat protein ransum 9% sangat nyata paling rendah dan meningkat dengan meningkatnya tingkat protein ransum pada bobot potong dan bobot tubuh kosong yang sama. Persentase bobot total yang dikonsumsi terhadap bobot potong makin meningkat dengan meningkatnya tingkat protein ransum pada pemberian makanan selama enam minggu. Pada tingkat protein 9% persentasenya 52.5%. Persentase ini meningkat menjadi 54.8, 56.3, 56.8 dan 56.1% masing-masing untuk tingkat protein 12, 15, 18 dan 21%. Koefisien pertumbuhan relatif terhadap bobot potong dan bobot tubuh kosong memperlihatkan persentase bobot total "edible", bobot "edible" rongga dada dan bobot "edible" karkas meningkat (b>1.0) dengan meningkatnya bobot potong dan bobot tubuh kosong, sedangkan persentase bobot "edible" rongga perut dan bobot total "inedible" menurun (b<1.0).id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcPengaruh Tingkat protein Dalam Ransum Terhadap Produksi Bagian Yang Di konsumsi Dan bagian Yang tidak Di konsumsiPada Kelinci Jantan Lokalid
dc.titlePengaruh Tingkat protein Dalam Ransum Terhadap Produksi Bagian Yang Di konsumsi Dan bagian Yang tidak Di konsumsiPada Kelinci Jantan Lokalid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record