Pengaruh Tingkat Protein Ransum Terhadap Produksi Karkas Dan Giblet Puyuh (Cortunix Cortunix Japonica) Jantan Pada Umur Delapan Minggu
Abstract
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu Produksi Ternak Unggas, Jurusan Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, dari tanggal 27 Desember 1983 sampai 22 Pebruari 1984.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat protein ransum terhadap produksi karkas dan giblet puyuh (Coturnix coturnix japonica) jantan pada umur delapan minggu serta kandungan air dan protein "edible" karkas.
Dalam penelitian ini digunakan 160 ekor puyuh jantan yang diperoleh dari telur tetas puyuh yang ditetaskan di Bagian Penetasan, Fakultas Peternakan, IPB.
Pada umur satu hari sampai satu minggu, puyuh jantan ditempatkan dalam kandang "brooder". Setelah umur satu minggu sampai lima minggu, puyuh jantan dipindahkan dalam sangkar. Lepas umur lima minggu, ke-160 ekor puyuh jantan secara acak dibagi menjadi empat kelompok. Tiap kelompok terdiri atas empat ulangan, dimana tiap ulangan terdapat sepuluh ekor yang berada dalam sangkar berukuran 60 x 45 x 35 cm. Ransum dan air minum diberikan ad libitum.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan empat perlakuan dan empat ulangan. Sebagai perlakuan adalah empat macam ransum yang berbeda kandungan proteinnya tetapi berenergi sama (2 800 kkal/kg), yakni : ransum A (protein 17%), ransum B (protein 19%), ransum C (protein 21%) dan ransum D (protein 23%).
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat protein dalam ransum tidak mempengaruhi bobot hidup, persentase "dressed", karkas panas maupun dingin, "edible" karkas, jantung, hati dan rempela (giblet), kepa- la, kaki dan persentase kandungan protein "edible" karkas puyuh jantan, tetapi nyata mempengaruhi (P < 0.05) persentase kandungan air "edible" karkas, puyuh jantan.
Biaya ransum terendah dicapai pada pemberian ransum yang mengandung protein 17% (ransum A).