Show simple item record

dc.contributor.advisorPurwanto, Bagus P.
dc.contributor.advisorMurfi, Andi
dc.contributor.authorPrayitno, Hadi
dc.date.accessioned2024-04-18T04:25:59Z
dc.date.available2024-04-18T04:25:59Z
dc.date.issued1999
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/146275
dc.description.abstractSapi FH merupakan hewan homeoterm yang menginginkan suhu lingkungan yang optimum 13-18°C. Daerah tropis dengan rataan suhu lingkungan 27 °C dan kelembaban yang tinggi 68,4 sampai 98,4% merugikan bagi sapi, suhu tubuh sapi akan meningkat akibat terganggunya keseimbangan panas antara produksi panas dan pelepasan panas. Pelepasan panas terbesar hanya melalui jalur evaporative, sedangkan pelepasan panas melalui jalur sensible terhambat. Untuk meningkatkan pelepasan panas melalui jalur sensible, salah satunya dengan pengipasan di siang hari. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapangan Ilmu Produksi Ternak Perah, Jurusan Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan Juni sampai Juli 1999. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh manipulasi lingkungan mikro terhadap perubahan suhu tubuh sapi dengan cara pengipasan pada siang hari. Penelitian dilakukan dengan menggunakan 3 ekor sapi dara peranakan FH menggunakan rancangan Bujur Sangkar Latin 3 x 3 dimana individu sapi sebagai lajur, hari pengamatan sebagai baris dengan 3 kondisi lingkungan mikro, yaitu lingkungan A: pada siang hari ternak ada dalam kandang tanpa pengipasan dan pada malam hari ternak tidak dikeluarkan dari kandang (kontrol), lingkungan B: pada siang hari ternak ada dalam kandang dengan pengipasan dan pada malam hari ternak dikeluarkan dari kandang, lingkungan C: pada siang hari ternak ada dalam kandang dengan pengipasan dan pada malam hari ternak tidak dikeluarkan dari kandang. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan untuk menentukan perbedaan antar perlakuan digunakan Uji Wilayah Duncan. Sapi-sapi tersebut dipelihara secara individu dan diberi konsentrat dan hijauan yang sama tiap ternak. Ransum (hijauan diberikan setelah konsentrat habis dimakan) diberikan dua kali, yaitu pada jam 07.30-09.30 dan 16.30-17.30 WIB dengan air minum ad libitum. Pengipasan dilakukan pada siang hari dari jam 06.00-18.00 dengan kecepatan angin 1.5 meter per detik. Pengeluaran pada malam hari dilakukan dari jam 18.00-06.00 dengan menggunakan kandang stanchion. Pengukuran terhadap respons termoregulasi setiap 2 jam selama 24 jam setelah dilakukan adaptasi selama 6 hari. Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah, suhu lingkungan (Ta), kecepatan angin (Va), kelembaban (RH), suhu permukaan kulit (mTs), suhu rektal (Tr), suhu tubuh (Tb), frekuensi pernafasan (RR) dan denyut jantung (HR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan dengan penambahan kecepatan angin akan memberikan respons termoregulasi yang lebih rendah (p<0.05) dibandingkan dengan lingkungan kontrol baik pada mTs, Tr, Tb, dan RR dan HR. Hasil analisis ragam...id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAnimals Productionid
dc.subject.ddcCattleid
dc.titleRespons termoregulasi sapi peranakan fries holland pada berbagai kondisi lingkungan mikroid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record