Show simple item record

dc.contributor.advisorSihombing, D.T.H.
dc.contributor.advisorSiregar, Hotnida C.
dc.contributor.authorKantiningtyas, Sherly
dc.date.accessioned2024-04-18T01:26:53Z
dc.date.available2024-04-18T01:26:53Z
dc.date.issued1998
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/146152
dc.description.abstractSecara alami madu Indonesia memiliki kadar air yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh kelembaban udara relatif (Rh) di Indonesia yang tinggi (80%) dan sifat higroskopis atau menarik air madu menyebabkan madu matang yang sudah dikeluarkan dari selnya akan segera menarik air dari udara sekelilingnya sampai mencapai keseimbangan. Sebab itu madu yang dipanen akan mempunyai kadar air 19-25%. Kadar air dalam madu akan mempengaruhi keawetan dan kualitas madu karena faktor tersebut akan mempengaruhi terjadinya proses fermentasi pada madu tersebut. Oleh karena itu konsumen dalam hal ini industri lebih memilih madu impor dari pada madu lokal. Hal ini disebabkan oleh kadar air madu impor lebih rendah. Kendala inilah yang menyebabkan madu Indonesia sulit menembus pasaran dunia, padahal iklim tropis Indonesia sangat potensial bagi usaha produksi madu. Cara penurunan kadar air yang dikenal masyarakat adalah dengan pemanasan. Ternyata cara tersebut dapat menurunkan kualitas madu yang dihasilkan, karena dapat meningkatkan kadar Hidroxymethylfurfural (HMF) serta menurunkan aktifitas enzim diastase apabila suhu dan waktu yang digunakan tidak tepat. Tetapi pernanasan juga memiliki kelebihan yaitu dapat mematikan mikroorganisme yang dapat menyebabkan terjadinya fermentasi pada madu. Penelitian ini bertujuan membandingkan mutu madu berdasarkan kadar HMF, aktifitas enzim diastase, gula pereduksi, keasaman serta mikrobiologi (fungi) pada tiga cara penurunan kadar air yang berbeda, yaitu dengan menggunakan dehidrator, dehumidifier dan gabungan dari keduanya. Sebanyak 35 kg madu kapuk randu dengan umur 7 bulan dengan kadar air rata-rata 21,6% dianalisis kadar HMF, aktifitas enzim diastase, gula pereduksi dan mikrobiologi (fungi). Kemudian madu tersebut diturunkan kadar airnya menggunakan ketiga alat tersebut diatas. Setelah kadar air madu masing-masing mencapai 17-18% dilakukan lagi pengamatan terhadap kadar air, HMF, aktifitas enzim diastase, gula pereduksi, keasaman dan mikrobiologi (fungi). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penggunaan alat dehidrator untuk menurunkan kadar air madu dalam penelitian ini dapat meningkatkan kadar HMF dan menurunkan aktivitas enzim diastase, namun dapat membunuh fungi penyebab fermentasi. Pada penggunaan alat dehumidifier meskipun meningkatkan aktivitas enzim diastase, namun meningkatkan kadar HMF dan tidak membunuh fungi yang ada dalam madu....id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAnimals Productionid
dc.subject.ddcHoneyid
dc.titleMutu madu randu berdasarkan kadar hidroxymethylfurfural (HMF), enzim diastase, gula pereduksi, keasaman serta mikrobiologi pada berbagai cara penurunan kadar airid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record