Penggunaan teknik enukleasi, pemberian hormon dan antibiotika dalam penanggulangan corpus luteum persisten pada sapi perah rakyat
View/ Open
Date
1999Author
Alimar, Evita
Sumantri, Cece
Margawati, Endang Tri
Metadata
Show full item recordAbstract
Kegagalan reproduksi atau kemajiran merupakan masalah utama pada peternakan sapi perah. Salah satu kasus kemajiran yang sering terjadi adalah kelainan pada corpus luteum yaitu corpus luteum persisten (CLP). Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh pengobatan yang efektif dengan membandingkan empat macam metoda pengobatan yang terdiri atas pemberian 0.25 g streptomycin dan 150.000 IU penicillin dalam 20 cc aquabidest (T1), atau disebut penstrep; pemberian 2.5 cc hormon prostaglandin (T2); pengobatan kombinasi antara 20 cc penstrep dan pemberian 2.5 cc hormon prostaglandin (T3); serta penggunaan teknik enukleasi yang disertai dengan 20 cc pemberian penstrep (T4). Parameter yang diamati adalah persentase keberhasilan berahi dan kecepatan munculnya berahi setelah diberi pengobatan
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pada pengobatan dengan penstrep persentase keberhasilan munculnya berahi sebesar 80%, kecepatan munculnya berahi pada hari ke-3 sampai ke-4 (3±0.82). Ternak yang diberi pengobatan hormon prostaglandin semuanya kembali berahi (100%), berahi terjadi pada hari ke-3 (2.8 ± 0.37). Pada pengobatan dengan hormon prostaglandin dan penstrep keberhasilan berahi sebesar 40%, gejala berahi terlihat pada hari ke-7 sampai hari ke-8 (7 ± 1). Sebanyak 80% ternak kembali berahi setelah diobati dengan teknik enukleasi dan pemberian penstrep dan berahi terjadi pada hari ke-7 sampai hari ke-9 (6.25 ± 2.59). Dari penelitian ini diketahui bahwa pengobatan yang efektif pada kasus CLP adalah dengan menggunakan hormon prostaglandin.