Pengaruh Pengencer Madu Berkuning Telur Ayam Dan Puyuh Terhadap Kebuntingan Dalam Insemisasi Buatan Pada Sapi Perah
View/ Open
Date
1986Author
Sunarjat, Asep
Palawarukka
Taurin, Mansyoerdin Buyung
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Nopember 1984 sampai Mei 1985, di Jurusan Fisiologi Reproduksi dan Kebi- danan, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor dan di 48 Peternak sapi perah di Kabupaten dan Kodya Bogor.
Tujuannya adalah untuk mempelajari penggunaan madu dalam bahan pengencer semen, berupa kombinasinya dengan kuning telur ayam dan puyuh. Hasilnya dapat memberikan pi- lihan pengencer semen cair.
Seratus enam puluh ekor sapi perah betina berumur 20 bulan sampai delapan tahun, dan dua ekor pejantan berumur 3.5 dan delapan tahun, digunakan. Sapi betina adalah mi- lik 48 peternak di Kabupaten dan Kodya Bogor. Pejantan a dalah milik Balai Penelitian Peternakan (BPP)-LPP, Bogor.
Penelitian dilaksanakan dalam rancangan faktorial 2x4. Persentase kebuntingan dari pengencer pada laktasi yang berbeda dan pejantan sebagai ulangan.
Dari masing-masing perlakuan diperoleh persentase ke- buntingan 55.4 persen dari pengencer madu berkuning telur ayam dan 48.1 persen dari pengencer madu berkuning telur puyuh. Persentase kebuntingan tertinggi. ertinggi diperoleh eh dari kelompok induk pada laktasi ke tiga (umur lima sampai tujuh tahun), sebesar 65,48 persen dari pengencer madu berkuning telur ayam; terendah diperoleh pada laktasi ke empat (umur tujuh sampai delapan tahun), sebesar 34.85 persen. Penggu- naan pejantan yang berbeda, diperoleh persentase kebunting- an masing-masing 54.77 persen dan 49.45 persen.
Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa, perlakuan inseminasi buatan dengan menggunakan bahan pengencer semen, pada laktasi dan pejantan berbeda, tidak nyata pengaruhnya terhadap kebuntingan.
Dari kebuntingan yang diperoleh memberikan petunjuk bahwa, madu berupa kombinasinya dengan kuning telur ayam atau puyuh, dapat dipakai sebagai bahan pengencer semen. Untuk memberikan hasil yang memuaskan memerlukan penelitian lebih lanjut, terutama tentang kadar madu yang optimal atau kombinasi dengan bahan lain disertai pengamatan aspek tata- laksananya.