Perkembangan Embrio Ikan Lele (Clarias batrachus Linn.)
View/ Open
Date
1984Author
Hadiroseyani, Yani
Sumawidjaja, Kusman
Murdiyanto, Bambang
Metadata
Show full item recordAbstract
Suatu penelitian dilakukan di Laboratorium Darmaga dan Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor, dan berlangsung dari tanggal 6 Juni sampai dengan tanggal 9 Nopember 1983.
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui perkembangan morfologi embrio lele (Clarias batrachus Linn.) yang meliputi stadia-stadia cleavage, gastrula dan embrionik, serta untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi perkembangannya.
Telur lele diperoleh dari hasil pembuahan buatan. Sebelum pembuahan buatan dilakukan, induk jantan diberi hormon metiltestosteron sebanyak 1 mg per kg, dalam makanan sebanyak 4% berat badan, dua kali sehari selama tiga hari, lalu disuntik dengan ekstraks kelenjar hipofisa ikan mas (Cyprinus carpio Linn.) sebanyak satu dosis, delapan jam sebelum pembuahan buatan. Induk betina disuntik dengan ekstraks kelenjar hipofisa ikan mas sebanyak tiga dosis, yang terbagi dalam dua kali penyuntikan dengan selang waktu tujuh jam, empat belas jam sebelum pembuahan buatan.
Perkembangan embrio lele diamali secara langsung dibawah mikroskop. Suatu contoh telur sebanyak 10 butir diambil dan perkembangan embrionya cenderung diikuti. Pergantian contoh telur dilakukan jika telur sebelumnya mati atau rusak.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa telur menetas dalam waktu 34 jam 56 menit dalam kisaran suhu air selama pengeraman antara 26 dan 27°C. Selama perkembangannya embrio lele mengalami stadia-stadia cleavage, morula, blas- tula, gastrula dan organogeni, untuk akhirnya menetas dalam bentuk eleuthero embrionik.
Selama perkembangan embrio, stadia yang paling kritis dan menentukan keberhasilan penetasan adalah stadia gastrula, dimana pada stadia tersebut dibentuk perisai embrio.
Lama waktu yang dibutuhkan untuk setiap stadia pada proses perkembangannya dipengaruhi oleh suhu air selama pengeraman.
