Pengaruh Kepadatan Bahan pada Penyulingan dengan Kenaikan Tekanan Uap Bertahap terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Kayu Putih yang Dihasilkan
View/ Open
Date
2012Author
Sukmawati, Laras
Ketaren, Semangat
Setyaningsih, Dwi
Metadata
Show full item recordAbstract
Eksistensi industri minyak kayu putih sangat penting karena minyak kayu putih memberikan manfaat yang cukup besar baik bagi perekonomian masyarakat sekitar hutan maupun kegunaannya sebagai bahan obat-obatan. Selain itu, tingkat kebutuhan masyarakat akan minyak Bayu putih sangat tinggi, hingga seringkali melebihi produksi nasional. Penyulingan minyak kayu putih yang dilakukan di daerah Buru sebagai pulau yang terkenal dengan minyak kayu putihnya, banyak menggunakan metode penyulingan rebus menggunakan air. Penyulingan tersebut memiliki Banyak kekurangan. Metode lainnya yaitu metode penyulingan dengan uap.
Namun, aplikasi penyulingan dengan uap di industri minyak kayu putih masih belum optimal. Agar diperoleh minyak bermutu tinggi, maka perlu dilakukan penyulingan dengan kenaikan tekanan uap bertahap. Lesmayanti (2004) mengemukakan bahwa perlakuan peningkatan tekanan secara bertahap selama proses penyulingan dapat meningkatkan rendemen minyak yang dihasilkan serta mengefisiensikan energi yang dipakai jika dibandingkan dengan tekanan konstan. Dalam menyuling, kepadatan bahan dalam ketel suling pun harus diperhatikan. Kepadatan bahan dalam ketel suling dapat mempengaruhi rendemen minyak. Perlu kepadatan optimum, tidak kurang dan tidak lebih untuk mendapat rendemen yang optimum pula.
Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh kepadatan bahan pada penyulingan dengan peningkatan tekanan uap bertahap terhadap rendemen dan mutu minyak kayu putih yang hasilkan. Dengan demikian diharapkan akan diperoleh kondisi penyulingan terbaik, yang menghasikan rendemen tertinggi yang kaya akan komponen utamanya dan mutu minyak kayu putih yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Penelitian diawali dengan penelitian pendahuluan yaitu menetapkan kenaikan tekanan uap secara bertahap dengan memperhatikan laju destilasi selama penyulingan. Dari enam kali penyulingan, dapat diketahui, bahwa penyulingan dapat diakhiri setelah 3,5 jam dengan tekanan awal 0 bar (tekanan gauge) selama 1,5 jam, kemudian tekanan dinaikkan menjadi 0,5 bar (tekanan gauge) selama 1 jam, dan 1 bar (tekanan gauge) pada 1 jam terakhir. Kemudian, penyulingan dengan perlakuan kepadatan bahan dilakukan dengan 3 taraf, yaitu 0,20 kg/l; 0,25 kg/l; 0,30 kg/1. Minyak kayu putih kontrol penyulingan disuling pada tekanan uap tetap dengan kepadatan bahan 025 kg/l. Hasil penyulingan tersebut selanjutnya dianalisis mutunya, meliputi bau, berat jenis, deks bias, putaran optik, kelarutan dalam alkohol, dan kadar cineol. Kemudian, data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji F pada analisis keragaman. Setelah itu, dilakukan uji lanjut Duncan jika hasil uji F menunjukkan pengaruh nyata kepadatan bahan terhadap parameter yang diujikan.
Rendemen minyak kayu putih dengan kenaikan tekanan uap bertahap berkisar antara 0,79% sampai dengan 0,98%. Sedangkan minyak kayu putih yang disuling dengan tekanan uap tetap, menghasilkan rendemen 0,8%. Berkisar 70% minyak kayu putih tersuling pada tekanan gauge 0 bar, dan hanya sekitar 30% tersuling pada tekanan gauge 0,5 bar dan 1 bar. Analisis keragaman menunjukkan bahwa kepadatan bahan berpengaruh nyata terhadap putaran optik dan tidak berpengaruh nyata terhadap rendemen, bobot jenis dan indeks bias. Uji lanjut duncan pada data parameter putaran optik menunjukkan ketiga taraf kepadatan bahan tersebut saling berbeda nyata ..dst