Pengaruh hidrolisis asam dan basa terhadap fermentabilitas dan kecernaan in vitro bulu ayam
View/ Open
Date
2003Author
Sabariah, Hani Nurul
Simamora, Suhut
Sutardi, Toha
Metadata
Show full item recordAbstract
Rumah potong ayam menghasilkan limbah berupa bulu dalam jumlah yang cukup banyak (+ 52.5 ribu ton/tahun). Bahan kering (BK) bulu ayam mengandung protein kasar (PK) 88.71%. Akan tetapi kandungan protein bulu ayam sebagian besar berupa keratin, suatu fibroprotein yang sulit dicerna. Dengan demikian pemanfaatannya sebagai pakan membutuhkan sentuhan teknologi.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan fermentabilitas dan kecernaan bulu ayam melalui hidrolisis dengan larutan NaOH dan HCl dalam pemasak bertekanan (pressure cooker). Percobaan hidrolisis dilakukan dengan menerapkan perlakuan faktorial 6 x 3. Faktor A pereaksi, terdiri atas 3 level konsentrasi NaOH pro analisis (1%, 2%, 3%) dan 3 level konsentrasi HCl teknis (6%, 9%, 12%). Faktor B = waktu pemanasan dalam pemasak bertekanan, selama 15, 30, dan 45 menit. Pemakaian pereaksi, 0.5 ml/g tepung bulu ayam kering udara. Efek hidrolisis dievaluasi berdasarkan jumlah N-protein yang terlarutkan, N-asam amino yang terbebaskan, dan produksi N-NH3. Dua hidrolisat terbaik dan tepung bulu ayam tanpa hidrolisis diuji fermentabilitas dan kecernaan in vitronya.
Uji kontras antara hidrolisis NaOH dengan HCl memperlihatkan perbedaan yang nyata (N-NH3: 1.14 vs 2.99, N-protein terlarutkan: 1.11 vs 5.04, N-asam mino: 11.61 vs 12.60 mg/g). Hidrolisis dengan HCl 9% selama 30 menit dan dengan HCI 12% selama 45 menit tampil sebagai perlakuan yang lebih unggul dalam menghasilkan N- protein terlarutkan (8.49 vs 2.40 mg/g) dan N-asam mino (13.70 vs 11.91 mg/g) daripada perlakuan lain. Kedua perlakuan itu, sama kemampuannya dengan bulu ayam tanpa hidrolis dalam menghasilkan asam lemak volatil (VFA: 133 + 65.1 mM). Namun, kedua perlakuan tersebut dapat meningkatkan kecernaan bahan kering (KBK) 107% (26.87 vs 55.74%) dan kecernaan bahan organik (KBO) 143% (20.07 vs 48.68%) Uji kontras antara kedua perlakuan itu memperlihatkan bahwa hidrolisis dengan HCI 12% selama 45 menit lebih unggul (KBK: 61.67 vs 49.82%; KBO: 54.70 vs 42.67%). Akan tetapi, perlakuan tersebut menghasilkan NH3 lebih tinggi (26.27 vs 20.04 mM). Mengingat NH3 merupakan cerminan kerusakan protein, maka disimpulkan bahwa hidrolisis dengan HCl 12% dalam pemasak bertekanan selama 30 menit dapat dianjurkan sebagai teknik pengolahan bulu ayam yang terbaik…dst