Show simple item record

dc.contributor.advisorJamaran, Irawadi
dc.contributor.authorBudiman, Wahyudi
dc.date.accessioned2024-02-29T06:15:32Z
dc.date.available2024-02-29T06:15:32Z
dc.date.issued1997
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/140529
dc.description.abstractSeiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan barang dan jasa semakin meningkat. Hal ini akan mengakibatkan meningkatnya persaingan antar perusahaan. Dalam situasi seperti ini perusahaan dituntut untuk meningkatkan efisiensi produksinya agar dapat menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya dengan penggunaan modal yang seminimal mungkin. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan adanya perencanaan produksi yang baik. Suatu perencanaan produksi, terutama untuk produk yang beraneka ragam akan lebih mudah dilakukan jika terlebih dahulu disusun perencanaan yang bersifat menyeluruh. Perencanaan yang bersifat menyeluruh ini dikenal sebagi perencanaan produksi agregat. Kajian masalah khusus ini dibatasi pada perencanaan produksi agregat industri sirup glukosa di PT Indonesian Maltose Industries, Bogor untuk jangka waktu satu tahun. Perencanaan produksi agregat disusun berdasarkan prakiraan permintaan dan sumber daya perusahaan, yaitu tenaga kerja, mesin produksi, dan gudang penyimpanan. Pengambilan keputusan dilakukan dengan menetapkan tiga macam alternatif, yaitu berproduksi sesuai dengan jumllah permintaan, menggunakan jam kerja reguler secara maksimum, dan menggunakan kapasitas perusahaan secara maksimum, Dari perencanaan produksi agregat yang telah disusun, kemudian dilakukan analisa biaya untuk mendapatkan perencanaan yang paling optimal. Dari hasil analisa biaya diadapat bahwa biaya produksi yang paling optimal bagi perusahaan adalah sebesar 4.777.273.908 rupiah. Hasil yang optimal ini dicapai jika perusahaan berproduksi sesuai dengan jumlah permintaan seperti pada alternatif pertama. Hasil analisa kepekaan terhadap kenaikan jumlah permintaan sebesar sepuluh persen menyebabkan kenaikan biaya produksi baik pada setiap periode perencanaan maupun terhadap biaya produksi total. Sedangkan analisa kepekaan terhadap kenaikan komponen biaya produksi sebesar sepuluh persen menyebabkan kenaikan biaya produksi pada setiap periode. Dari kajian masalah khusus ini dapat diketahui bahwa alternatif pertama, yaitu memenuhi jumlah yang harus diproduksi merupakan strategi yang paling optimal karena menghasilkan biaya produksi yang paling minimal. Alternatif kedua dan ketiga menunjukan bahwa kapasitas produksi yang dijalankan perusahaan jauh lebih besar dari kebutuhan. Kedua alternatif terakhir tersebut tidak efektif untuk dilakukan karena akan menyebabkan pemborosan bagi perusahaan.
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePerencanaan produksi agregat industri sirup glukosa: Studi kasus di PT.Indonesian maltose industries, Bogorid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record