dc.description.abstract | Itik merupakan ternak unggas air yang dmanfaatkan manusia sebagai penghasil telur juga penghasil daging. Sebagai unggas penghasil daging, itik merupakan sumber protein hewani alternatif selain ayam. Daging itik dipasaran kebanyakan berasal dari itik pejantan dari tipe petelur dan itik betina petelur yang sudah afkir, sehingga dagingnya alot. Kandungan lemak yang tinggi pada daging itik menyebabkan dagingnya memiliki bau amis sehingga kurang disukai masyarakat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi bau amis tersebut diantaranya adalah dengan menggunakan daun beluntas yang dibuat menjadi tepung kemudian ditambahkan dalam pakan itik.
Beluntas (Pluchea Indica L.) termasuk salah satu tanaman perdu yang banyak ditemukan terutama di daerah pedesaan. Daun beluntas mengandung kalsium, fosfor, besi, vitamin A dan C, alkaloid, flavonoid dan minyak atsiri. Umumnya tanaman ini dimanfaatkan manusia sebagai pagar hidup dan obat tradisional yaitu untuk mengurangi bau badan, menghilangkan pegal-pegal dan demam, menurunkan suhu tubuh, mengobati gangguan pencernaan dan menambah nafsu makan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung daun beluntas dalam pakan terhadap bau daging itik. Aspek lain yang ingin diketahui ialah sifat fisik daging yang meliputi nilai pH, daya mengikat air (DMA), keempukan dan susut masak. Perlakuan yang dilakukan yaitu penambahan tepung daun beluntas dalam pakan sebanyak 0%; 0,5% dan 1%. Itik yang digunakan adalah itik Tegal jantan umur satu hari (DOD) sebanyak 18 ekor. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas tiga taraf penambahan tepung daun beluntas dalam pakan. Setiap perlakuan terdiri atas enam ulangan dengan masing-masing ulangan terdiri dari satu ekor itik. Peubah yang diamati meliputi flavor dan sifat fisik daging (pH, daya mengikat air, keempukan dan susut masak).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung daun beluntas tidak berpengaruh terhadap flavor dan sifat fisik daging. Hal ini diduga karena taraf perlakuan yang diberikan terlalu rendah (0%; 0,5%; 1%) sehingga pengaruh yang didapatkan tidak nyata. | id |