Show simple item record

dc.contributor.advisorFewidarto, Pramono D.
dc.contributor.authorNindiani, Aina
dc.date.accessioned2024-02-19T08:00:09Z
dc.date.available2024-02-19T08:00:09Z
dc.date.issued2000
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/139008
dc.description.abstractAngkutan peti kemas merupakan alat transportasi yang melibatkan jasa antarmoda seperti trailer, kereta api, kapal dan pesawat terbang. Terminal Peti Kemas (dry port) merupakan suatu prasarana yang melayani angkutan peti kemas dengan kereta api. Di Indonesia terdapat lima dry port yaitu Gedebage (Bandung), Jebres (Surakarta), Rambipuji (Jember), Kertapati (Palembang) dan Tebing Tinggi (Medan). Keberadaan dry port Surakarta Jebres saat ini belum dimanfaatkan secara optimal untuk mengangkut produk ekspor dari wilayah sekitarnya. Penelitian ini mengkaji mengenai potensi wilayah dari hinterland dry port Surakarta Jebres yang meliputi Eks-Karesidenan Surakarta serta menganalisa pengembangan dry port dari segi fasilitas dan aspek ekonomi transportasi peti kemas dengan analisa SWOT. Potensi wilayah dianalisa dengan melakukan peramalan volume ekspor untuk mengetahui daerah yang paling berpotensi ekspor. Potensi permintaan dry port dihitung dengan menggunakan selisih hasil peramalan volume ekspor total dari Eks- Karesidenan Surakarta dengan ekspor yang hanya melalui dry port Surakarta Jebres, dengan memperhitungkan persentase pengalihan trailer ke kereta api (trade off) sebagai gambaran biaya yang ditanggung oleh masyarakat dari angkutan peti kemas jalan raya (trailer). Analisa SWOT dilakukan atas dasar evaluasi kondisi fasilitas dry port Surakarta Jebres dan evaluasi aspek ekonomi transportasi peti kemas yang mencakup perhitungan biaya terukur (tangible cost) dan biaya tidak terukur (intangible cost). Mengingat kekurangan dry port Surakarta Jebres dari segi lokasi maka dilakukan analisa relokasi dry port. Hasil analisa menunjukkan bahwa daerah yang paling berpotensi akan ekspor produk pertanian dan agroindustri di wilayah Eks-Karesidenan Surakarta adalah Wonogiri. Angkutan peti kemas dengan kereta api mempunyai keuntungan terutama biaya angkut peti kemas ukuran 20 kaki yang lebih murah daripada trailer. Biaya angkut peti kemas 20 kaki dengan kereta api adalah Rp 642.700,00 untuk muat di dry port dan Rp 794.700,00 untuk muat di gudang eksportir, sedangkan untuk trailer adalah Rp 846.400,00. Pemanfaatan dry port dapat mengatasi kenaikan konsumsi BBM akibat kepadatan jalan raya sebesar Rp. 21.723.750,00 per hari, mengurangi polusi udara serta mengurangi beban jalan raya dan resiko kecelakaan. Di sisi lain keterbatasan dari segi lokasi yang terletak di dalam kota dapat menimbulkan banyak permasalahan. Oleh karena itu diperlukan suatu alternatif relokasi dry port yang dalam hal ini disarankan ke arah kabupaten Sukoharjo karena letaknya lebih mendekati daerah yang paling banyak memiliki potensi akan permintaan transportasi. Dengan mempertimbangkan karakteristik produk agroindustri yang mudah rusak, maka pengembangan dry port diharapkan dapat menyediakan jasa transportasi dengan Quality, Cost dan Delivery (QCD) yang sesuai dengan harapan eksportir.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleKajian pemanfaatan terminal peti kemas (dry port) Surakarta Jebres untuk mendukung ekspor produk agroindustriid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record