Sistem monitoring dan pengendalian proses pengalengan jamur merang
Abstract
Jamur merang merupakan salah satu komoditas pertanian yang mudah rusak. Penurunan mutu seperti pencoklatan, tekstur menjadi lunak, munculnya aroma yang tidak disukai, kehilangan air dan menjadi mekar terjadi setelah dipanen. Bila penurunan mutu ini dibiarkan akan mengakibatkan jamur menjadi busuk. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah penurunan mutu tersebut adalah dengan melakukan proses pengalengan. Pengalengan merupakan cara pengawetan bahan pangan dalam wadah yang tertutup rapat (hermetis) dan disterilkan. Keadaan steril dicapai melalui proses pemanasan.
Tahapan proses pengalengan jamur merang meliputi pencucian awal; trimming dan sortasi; penimbangan; pencucian kedua; blanching; pendinginan setelah blanching; grading, pemeriksaan; pencucian akhir, perendaman dalam larutan asam sitrat, penirisan, pengisian dan penimbangan; pengisian larutan brine; penghampaan; penutupan kaleng, sterilisasi dan pelabelan.
Setiap tahapan pada proses pengalengan perlu diawasi dan dikendalikan sesuai dengan kondisi ideal proses agar produk yang dihasilkan dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengawasan proses dilakukan dengan cara memonitor setiap tahapan proses pengalengan. Tindakan pengendalian akan dilaksanakan apabila terjadi penyimpangan dari kondisi yang telah ditetapkan.
Sistem monitoring dan pengendalian jamur merang yang diberi nama SISDAL 1 - 2000 dirancang untuk proses pengalengan jamur merang di PT. Margo Redjo, D.I. Yogyakarta. Perancangan SISDAL 12000 hanya dibatasi pada penyusunan program komputer, dan belum diimplementasikan pada lini proses pengalengan.
Rancangan SISDAL 12000 terdiri dari penjelasan data bahan baku, proses dan kondisi ideal proses, pengendalian pada masing-masing tahapan proses serta analisis titik kritisnya. Sistem monitoring dan pengendalian dilakukan pada masing-masing tahapan proses mulai dari pencucian awal sampai sterilisasi. Misalnya pada tahap pencucian awal diperlukan larutan klorin dengan kadar 15-20 ppm. Jika kadar klorin kurang dari 15 ppm maka akan mengakibatkan permukaan jamur kurang keras dan kurang efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Tindakan yang perlu dilakukan adalah menambah kadar klorin hingga 15-20 ppm. Jika kadar klorin lebih dari 20 ppm maka akan mengakibatkan permukaan jamur menjadi keras dan mempengaruhi citarasa jamur. Titik kontrol kritis (CCP) proses pengalengan jamur terdapat pada tahap penutupan kaleng dan sterilisasi. Tahap-tahap ini merupakan tahapan yang paling penting menentukan keberhasilan proses pengalengan. Jika tahap- tahap ini dikendalikan dengan baik, maka proses pengalengan akan menghasilkan output yang optimal.