Show simple item record

dc.contributor.advisorSukenda
dc.contributor.advisorYuhana, Munti
dc.contributor.authorDwinanti, Septi Heza
dc.date.accessioned2024-02-06T00:33:16Z
dc.date.available2024-02-06T00:33:16Z
dc.date.issued2006
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/137644
dc.description.abstractPerkembangan budidaya udang vannamei dalam usaha meningkatkan hasil produksi harus memperhatikan keberadaan penyakit viral yang menjadi penyebab utama kegagalan budidaya udang vannamei. Virus yang biasa menyerang vannamei antara lain adalah white spot syndrome virus (WSSV), taura syndrome virus (TSV) dan infectious hypodermal hematopoietic necrosis virus (IHHNV). Untuk mengantisipasi penyebaran virus dan mengurangi resiko kegagalan produksi diperlukan suatu usaha pencegahan yaitu dengan melakukan peringatan dini (early warning) dan pemantauan tambak terhadap keberadaan patogen tersebut selama masa budidaya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan WSSV, TSV dan IHHNV yang menginfeksi udang vannamei pada tambak yang dipelihara secara intensif di Bakauheni, Lampung Selatan dengan analisa polymerase chain reaction (PCR) dan histopatologis. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2006, bertempat di Labotorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor dan tambak intensif udang vannamei di kampung Pinang Gading, Desa Bakauheni, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak delapan kali setiap dua minggu sekali. Udang yang digunakan sebagai sampel adalah udang vannamei Litopenaeus vannamei mulai dari umur 8 hari hingga umur 107 hari setelah tebar di tambak dan udang yang berada disekitar perairan tambak. Dari pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa WSSV, TSV dan IHHNV telah ditemukan pada tambak intensif udang vannamei di Desa Bakauheni, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan serta di perairan sekitar lokasi tersebut. Infeksi virus pertama kali terdeteksi di tambak ketika udang berumur 66 hari setelah tebar yang selanjutnya terdeteksi pula pada hari-hari pengamatan selanjutnya sampai umur udang 107 hari setelah tebar. Kerusakan akibat serangan ketiga jenis virus tersebut terjadi pada bagian inti sel yang mengalami pembesaran, nekrosis pada sitoplasma dan badan inklusi yang menekan inti sel. Ditelaah dari umur dan kesehatan udang yang dipelihara dapat dikatakan pola transmisi virus yang terjadi adalah horizontal yang berarti virus menginfeksi udang di tambak melalui lingkungan tempat udang dipelihara. Hal ini didukung dengan hasil pemeriksaan awal yang menunjukkan bahwa udang tidak terinfeksi oleh virus tersebut, sedangkan pemeriksaan udang yang diambil dari luar tambak menunjukkan bahwa udang terinfeksi oleh ketiga virus tersebut. Beberapa kemungkinan dapat mempengaruhi keberadaan virus dalam wadah budidaya. Pergantian air yang dilakukan setiap dua minggu sekali mempunyai pengaruh terhadap keberadaan virus di tambak. Kualitas air dan keberadaan krustasea lainnya serta burung yang memakan udang atau krustasea yang telah terinfeksi virus tersebut dan membuang sisa makanannya ke wilayah budidaya merupakan kemungkinan jalan masuknya virus ke tempat pemeliharaan udang.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcBudidaya udang vannameiid
dc.subject.ddcLampung Selatanid
dc.subject.ddcBakauheniid
dc.titleKeberadaan White Spot Syndrome Virus (WSSV) Taura Syndrome Virus (TSV) dan infectious Hypodermal Haematopoitic Necrosis Virus (IHHNV) di tambak intensif udang vannamei Litopenaeus vannamei di Bakauheni, Lampung Selatanid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record