Show simple item record

dc.contributor.advisorPurwoko
dc.contributor.advisorYani, Mohamad
dc.contributor.authorSimangunsong, Denny Indra Simson
dc.date.accessioned2024-01-17T01:54:21Z
dc.date.available2024-01-17T01:54:21Z
dc.date.issued2004
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/134955
dc.description.abstractAdanya udara merupakan salah satu syarat untuk melangsungkan Keberadaan manusia. Kebutuhan akan udara bersih, memaksa manusia untuk mendapatkan udara tersebut. Pada saat yang bersamaan industri petrokimia, industri pemurnian minyak, industri pulp dan kertas dan industri lainnya, melakukan pencemaran udara dengan membuang senyawa kimia berbahaya seperti H₂S, SO, dan NO, keudara. Pencemaran udara ini dapat diminimalkan secara in-situ. Biofilter merupakan cara yang paling efisien untuk diterapkan, selain investasi dan biaya operasional yang rendah, metode ini dapat diaplikasikan dengan waktu operasional yang relatif lama dan prosesnya yang mudah dan sederhana. Metode ini cukup efektif dan efisien bila dibandingkan dengan pengolahan gas secara kimia dan fisika. Biofilter adalah metode pendegradasian konsentrasi waste gas dengan memanfaatkan mikroorganisme yang terimobilisasi untuk mendegradasi gas yang dilewatkan. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjajaki pemanfaatan media anorganik sebagai media filter. Media yang digunakan adalah batu apung dan batu koral dengan kultur Thiobacillus sp. dan sludge sebagai sumber mikroorganisme. Kolom biofilter yang digunakan terbuat dari pipa PVC dengan panjang tabung 60 cm dan diameter dalam 3 inch (7.62 cm). Gas yang digunakan adalah H₂S dengan konsentrasi berkisar antara 20-40 ppm. Gas H₂S ini diperoleh dengan mereaksikan HCI dengan Na₂S. Pengaplikasian bahan anorganik sebagai bahan pengisi diikuti dengan penambahan unsur organik (LB 1%). Pengujian secara fisik menyatakan batu apung sebagai media yang lebih baik dari batu koral. Batu apung mampu menyerap sulfur sebanyak 1.25 g-S/Kg bahan kering, sedangkan batu koral hanya sebanyak 0.76 g-S/Kg bahan kering. Pada kolom biofilter dengan penambahan mikroorganisme, kultur sludge menunjukkan hasil yang lebih unggul dari kultur Thiobacillus sp. Kolom sludge yang ditambah dengan batu apung dapat menyerap sulfur sebanyak 24.52 g-S/Kg buhan kering, sedangkan yang menggunakan batu koral menyerap sulfur sebanyak 15.39 g-S/Kg bahan kering. Kultur Thiobacillus sp. memberikan kinerja yang lebih rendah dari kultur mikroorganisme yang didapat dari sludge pembuangan waste water. Penambahan Thiobacillus sp. pada kolom batu apung menghasilkan penyerapan sulfur sebanyak 16.7 g-S/Kg bahan kering, sedangkan pada kolom batu koral sebesar 8.08 g-S/Kg bahan kering. Penggunaan kultur campuran antara Thiobacillus sp. dan sludge telah diterapkan pada penelitian ini. Kinerja tertinggi diberikan dengan penggunaan media batu apung dengan penyerapan sebesar sulfur sebesar 24.72 g-S/Kg bahan kering, sedangkan untuk media batu koral sebanyak 13.27 g-S/Kg bahan kering. Penambahan media LB dan sludge pada biofilter dengan bahan pengisi batu apung meningkatkan penyerapan sulfur menjadi 34.2 dan 34.7 g-S/Kg bahan Kering.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcEmisi gas H2Sid
dc.subject.ddcMedia anorganikid
dc.titlePenghilangan emisi gas H2S dengan Biofilter menggunakan media anorganikid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record