Daya tetas telur dan pertumbuhan ulat sutera instar-III hasil persilangan berdasarkan bobot kokon induk
View/ Open
Date
2005Author
Pahlevi, Muhamad Rizal
Muladno
Andadari, Lincah
Metadata
Show full item recordAbstract
Bibit ulat sutera yang baik diperoleh dari seleksi kokon yang ketat. Kokon yang digunakan sebagai bibit adalah kokon yang memiliki bobot seragam, sehingga kokon yang memiliki bobot terlalu besar dan terlalu kecil tidak digunakan dalam
pembibitan, padahal kokon tersebut berasal dari ulat sutera yang berkualitas baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya tetas telur dan pertumbuhan ulat sutera (Bombyx mori L.) instar I - III hasil persilangan antara ras Jepang dengan ras Cina berdasarkan bobot kokon induk yang berbeda.
Penelitian ini dilakukan didua tempat. Tahap penetasan telur dilaksanakan di Disiplin Persuteraan Alam Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Ciomas. Tahap pemeliharaan ulat dilaksanakan di Hutan Percobaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Darmaga, Bogor.
Materi yang digunakan adalah kokon ras Jepang (805) dan ras Cina (806) yang diperoleh dari Disiplin Persuteraan Alam Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Ciomas.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rancangan Acak Lengkap untuk peubah jumlah telur perinduk, daya tetas telur dan penetasan efektif. Rancangan Acak Kelompok digunakan untuk parameter pertambahan bobot ulat kecil dan mortalitas. Perlakuan yang diberikan yaitu penyilangan ulat sutera ras Jepang dengan ras Cina P1 = 805В Х 806B (Авав), Р2 = 806B X 805B (авАв), Р3 = 805K X 806K (Акак), Р4 = 808K X 805K (акΑκ), dengan A = galur 807 (ras Jepang), a galur 808 (ras Cina), B = kokon besar, K = kokon kecil. Sistem penulisan persilangan dimulai dari betina kemudian jantan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem persilangan Aßaß merupakan sistem persilangan terbaik dengan menghasilkan rataan jumlah telur perinduk sebanyak 463,00 butir. Rataan pertambahan bobot badan ulat kecil 0,23 gram dan daya tetas telur, penetasan efektif dan mortalitas yang tidak berbeda.