Sifat Reproduksi Ayam Persilangan antara Pelung-Merawang dan Merawang-Pelung dengan Tetuanya
View/ Open
Date
2005Author
Yassin, Riczky Fadillah
Darwati, Sri
Rahayu HS, Hj. Iman
Metadata
Show full item recordAbstract
Potensi ayam lokal saat ini masih rendah dibanding dengan ayam ras, walaupun telah terbukti ayam Kampung dapat beradaptasi lebih baik jika disbanding ayam impor. Persilangan merupakan salah satu upaya meningkatkan produktivitas tanpa mengurangi kelestariaannya dan diharapkan dapat menggali potensi yang baik dari ternak lokal agar berkembang dan bermanfaat bagi masyarakat.
Ayam Merawang adalah salah satu jenis ayam lokal yang berasal dan banyak dibudidayakan di daerah Merawang, Pulau Bangka. Produktivitasnya yang cukup
tinggi yaitu dapat rnencapai 125 butir/ekor/tahun sehingga dapat dikembangkan
sebagai ayam penghasil telur selain daging (Iman Rahayu, 2003). Keunggulan dari
ayam Pelung adalah suaranya merdu, pertumbuhannya yang cepat dan bobot badan
yang lebih besar jika dibandingkan dengan ayam Kampung asli fndonesia
(Nataamijaya, 1985).
Widjajakusuma et al. (1981) melaporkan untuk memperbaiki pola petemakan
unggas di Indonesia, maka penelitian harus diarahkan kepada peningkatan reproduksi
dan produksi telur. Informasi mengenai sifat reproduksi sangat penting artinya dalam
usaha seleksi unggas untuk menghasilkan jenis yang produktif. Berdasarkan hasil
penelitian F 1 penelitian ini ingin menggali lagi informasi dan keunggulan jika
dilakukan persilangan antara F 1 Pelung-Merawang dan Merawang-Pelung dengan
tetuanya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui sifat reproduksi ayam Pelung Merawang (PM) dan Merawang-Pelung (MP) yang disilangkan dengan tetuanya.
Penelitian dimulai pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2004. Penelitian.
dilaksanakan di Kandang B untuk pemeliharaan ayam, proses IB dan koleksi telur
tetas serta untuk penetasan telur dilaksanakan di Bagian Produksi Unggas Unit
Penetasan, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Petemakan, Institut Pertanian Bogor.
Metode penelitian yang dilakukan meliputi koleksi telur yang dilakukan setiap pagi dan sore hari selama 57 hari. Telur yang telah dikoleksi diberi identitas untuk mengidentifikasi telur dari induk setiap jenis persilangan dan ditimbang untuk
mengetahui bobot telur, serta diukur panjang dan lebamya untuk menentukan nilai
indeks telur. Telur-telur yang retak dan abnormal seperti berkerabang lembek dan
double yolk dihitung dan dipisahkan dari telur nomial. Setiap tujuh hari sekali telur
yang dikoleksi dimasukkan ke dalam mesin tetas. Peneropongan dilakukan pada hari
ke-7 dan ke-18 untuk melihat telur-telur yang fertil dan menghitung fertilitasnya.
Ayam yang telah menetas dihitung dan ditimbang untuk mengetahui daya tetas,
bobot tetas dan mortalitasnya serta diberi wing band sebagai identitas. Rancangan
yang digunakan untuk mengetahui pengaruh jenis persilangan ayam terhadap indeks
telur tetas, daya tunas, daya tetas, mortalitas embrio dan bobot tetas diuji dengan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) menurut Steel dan Torrie (1995).
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa backcross memberikan
pengaruh sangat nyata terhadap indeks telur, bobot telur, bobot tetas dan mortalitas
cmbrio. Periode penetasan yang berbeda memberi pengaruh yang sangat nyata
terhadap fertilitas dan daya tetas. PxMP (53,16±2,17 g/butir) memiliki bobot telur
tertinggi, PxPM (36,53±2,63 g/ekor) memiliki bobot tetas tertinggi. Mortalitas
tertinggi pada persilangan PxMP (35,12±27,60%).