Analisis Perkandangan Domba di Garut
View/ Open
Date
2005Author
Legendasari, Irma
Tantan, R.W., H
Gardjitno
Metadata
Show full item recordAbstract
Domba ( Ovis aries) merupakan hewan ternak penghasil daging dan wool yang banyak dikonsurnsi oleh manusia. Oleh karena itu tingkat produktifitasnya harus mampu memenuhi kebutuhan manusia. Untuk mencapai produktifitas tersebut perkandangan harus memadai, karena perkandangan mempunyai peranan yang cukup penting dalam menentukan kualitas dan kuantitas produksi ternak pada akhirnya, karena domba hidupnya sebagian besar berada dalam kandang. Bangunan kendang harus dirancang dengan baik agar dapat menciptakan suasana lingkungan yang baik bagi pertumbuhan dan kehidupan domba agar menghasilkan produksi yang baik.
Pembuatan kandang perlu memperhatikan segi urnur ekonomis bahan bangunan kandang danjuga kekuatan konstruksinya, oleh karena itu dilakukan penelitian ini. Penelitian dilakukan di peternakan domba yang berada Balai Pengembangan Pembibitan Ternak Domba Margawati dan beberapa peternakan domba rakyat di daerah Cikeris Kecamatan Cikandang, Wanamekar Kecamatan Wanaraja dan Kecamatan Tarogong Kabupaten Garut, Jawa Ba.rat. Penelitian berlangsung selama dua bulan, mulai dari bulan Februari sampai dengan Maret 2005.
Pengukuran suhu dilakukan pada pagi, siang dan sore hari dengan penyimpanan temperatur bola basah dan kering berada di dalam dan luar kendang menghasilkan nilai yang tidak berbeda nyata (P>0.05). Hal ini dapat diartikan bahwa kondisi didalam dan diluar kandang mempunyai suhu yang relatif sama sehingga daerah perkandangan yang terdapat pada daerah Garut khususnya keempat Kecamatan sudah sesuai untuk melanjutkan dan mengembangkan sebagai daerah pembibitan ternak domba. Selain suhu, kelembaban, jenis tanah, sirkulasi udara dan adanya sinar matahari yang mendukung untuk pengembangan ternak domba.
Tinggi kandang untuk bangunan luar berukuran 2 m berfungsi sebagai penyangga kandang yang berada didalam. Ukuran kandang untuk jantan dan betina memiliki luas masing-masing yaitu 0,8 x 1,2 m dan 1,3 x 1,2 m. Jantan diberikan batasan untuk luasannya karena terkait dengan tingkah laku agonistiknya sedangkan kandang betina memiliki ukuran yang cukup luas karena disesuaikan dengan tingkah laku beranak. Daerah Garut secara umum menggunakan tipe kandang panggung dengan tinggi kolong (panggung) adalah 40 cm, karena kolongnya digunakan untuk menampung kotoran. Bentuk tempat pakan yang umum digunakan oleh semua perkandangan adalah bentuk trapesium. Ukuran yang digunakan relatif sama yaitu dengan rata-rata antara 80x45x40 cm, tempat pakan berbentuk trapesium lebih efisien daripada bentuk segitiga. Biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan kandang dengan ukuran 1 m2 digunakan oleh satu ekor jantan atau induk-anak yaitu Rp 409.093,75/m2 dengan bahan-bahan bangunan yang berkualitas dan menggunakan kayu kelas 1.