dc.description.abstract | Persilangan antara domba Priangan dengan domba luar negeri (M Charollais
dan St. Croix) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas domba
Priangan dengan 'fdihasilkannya doinba persilangan. Balai Penelitian Ternak Ciawi
sejak tahun 1995 mendatangkan pejantan domba St.Croix (H) dan menyilangkannya
dengan domba Priangan (P) untuk menghasilkan domba HP yang mempunyai
kerangka besar dan tetap dapat beradaptasi terhadap lingkungan Indonesia karena
bulu wol yang rendah. Pada tahun 1996 didatangkan spe1ma beku domba Moulton
Charollais (M) dan disilangkan dengan domba Priangan (P) untuk menghasilkan
domba MP yang mempunyai produksi air susu banyak dan sifat keindukan baik.
Pembentuk.an domba persilangan tiga bangsa (MHP dan HMP) diharapkan dapat
beranak banyak dengan selang beranak pendek, produksi susu banyak serta kerangka
tubuh relatif besar dan memiliki perdagingan yang lebih baik.
Pertumbuhan prasapih harus mendapatkan perhatian yang sangat khusus karena
pada pertumbuhan prasapih ini terjadi pertumbuhan kerangka· .yang optimal dari
proporsi total bobot badan dan akan segera menurun pada waktu' sapih (Campbell
dan Lasley, 1985), oleh karena itu diperlukan suatu rumus yang dapat
menggambarkan pertumbuh&"1 prasapih. Rumus yang digunakan pada penelitian ini
yaitu regresi esponensial. Penelitian dilaksanakan di Stasiun Penelitian Ternak, Balai
Penelitian Temak Jalan Raya Padjajaran, Bogor. Penelitian dilakukan selan1a empat
bulan dari bulan Mei sampai September 2003. Ternak yang digunakan yaitu anak
domba hasil perkawinan interse-mating domba PP, HP, MP, HMP dan MHP pada
jantan dan betina yang diberanakkan tunggal dan kembar dua pada periode prasapih.
Regresi eksponensial (Wt = Wo ekt) sangat tepat digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan bobot badan anak domba prasapih pada semua jenis kelamin baik yang diberanakkan tunggal maupun kembar pada kelima kelompok domba yang diamati (PP, HP, MP, HMP, MHP). Hal ini dibuktikan dengan koefisien determinasi (R2 terkoreksi) yang tinggi. Pada jantan yang diberanakkan tunggal 93,9% - 99,00%; betina yang diberanakkan tunggal 93,1 % - 96,6%; jantan yang diberanakkan kembar 85,3% - 95,00% dan betina yang diberanakkan kembar 90,6% - 98.0%.
Bobot saat diberanakkan (Wo) pada domba persilangan menunjukkan hasil yang
selalu lebih baik dibandingkan dengan domba PP terkecuali pada domba HP betina
yang diberanakkan tunggal dan pada domba HP yang diberanakkan kembar. Hal ini
disebabkan efek dari heterosis, genotip anak dan efek maternal yang berbeda pada
masing-masing kelompok domba. Urutan bobot sapih yang tidak sesuai dengan urutan bobot saat diberanakkan menunjukkan bahwa setiap domba mempunyai daya adaptasi yang berbeda-beda sebagai respon genotip terhadap Iingkungan. Domba PP mempunyai laju…dst | id |