Show simple item record

dc.contributor.advisorNurmalina, Rita
dc.contributor.authorSari, Werry Septriana
dc.date.accessioned2023-11-14T06:33:48Z
dc.date.available2023-11-14T06:33:48Z
dc.date.issued2012
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/132144
dc.description.abstractTalas merupakan salah satu tanaman pangan yang berasal dari umbiumbian dan penghasil karbohidrat non beras yang cukup tinggi yaitu 13-29 persen sehingga perlu dikembangkan menjadi alternatif pangan selain beras untuk meningkatkan ketahanan pangan. Bogor telah lama dikenal sebagai daerah penghasil talas. Saat ini talas menjadi produk unggulan kota Bogor, dan sering dijadikan sebagai buah tangan atau oleh-oleh dari para pengunjung atau wisatawan yang berkunjung ke daerah ini. Penanaman talas hampir tersebar seluruh wilayah Kota Bogor kecuali Bogor Tengah karena merupakan daerah pusat kota. Salah satu daerah penghasil talas di Kota Bogor adalah Kecamatan Bogor Barat. Bogor Barat memiliki tingkat produktivitas tertinggi di bandingkan lima kecamatan lainnya pada tahun 2010 yaitu 6,60 ton per hektar. Namun pada lima tahun terakhir, produktivitas talas belum mencapai produktivitas optimal. Rendahnya produktivitas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya pendapatan petani. Bogor memiliki pengrajin yang mengolah talas menjadi produk olahan seperti dodol talas, yaitu KWT SAWARGI yang berlokasi di Kelurahan Situgede Kecamatan Bogor Barat. Adanya pengolahan talas menjadi dodol talas tersebut dapat memberikan nilai tambah kepada talas dari pada dijual dalam bentuk mentah. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengkaji keragaan usahatani talas di Kecamatan Bogor Barat (2) Menganalisis perbandingan pendapatan usahatani talas secara monokultur dan tumpangsari di Kecamatan Bogor Barat dan (3) menganalisis nilai tambah dodol talas. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor pada Juni hingga Agustus 2011. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 30 orang petani talas. Responden dalam penelitian ini diklasifikasikan berdasarkan pola tanam yang digunakan yaitu petani yang menggunakan pola tanam monokultur sebanyak 22 petani dan petani yang menggunakan pola tanam tumpangsari dengan jagung sebanyak 8 orang petani. dan satu orang responden untuk analisis nilai tambah, dimana pemilihan responden dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif meliputi gambaran umum lokasi penelitian, teknik budidaya talas, dan proses pembuatan dodol talas. Sementara analisis kuantitatif meliputi analisis pendapatan usahatani dan analisis nilai tambah menggunakan metode Hayami. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa usahatani talas yang dilakukan secara monokultur jika diihat dari aspek ekonomi usahatani ini tidak menguntungkan karena dalam perhitungan tersebut semua biaya yang tunai dikeluarkan maupun yang tidak secara tunai dikeluarkan atau dengan kata lain biaya yang diperhitungkan, termasuk kedalam perhitungan pendapatan usahatani. Sehingga pendapatan yang diterima oleh petani menjadi negatif yakni Rp - 4.163.962,-. Namun jika pendapatan usahataninya dilihat dari aspek finansial usahatani ini menguntungkan dan petani mendapatkan pendapatan usahataninya sebesar Rp 13.363.103,-.karena perhitungannya hanya diukur dari biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani. Keuntungan yang diperoleh dari usahatani tersebut juga bisa dilihat dari nilai R/C rasio atas biaya total dan biaya tunai. R/C rasio atas biaya total pada usahatani talas secara tumpangsari sebesar 0,81 dan R/C rasio atas biaya tunainya sebesar 3,73. Menurut Tjakrawiralaksana (1983) nilai R/C rasio yang kurang dari satu (R/C < 1) usaha tersebut tidak layak untuk dijalankan, karena batas besaran R/C rasio yang dianggap menguntungkan adalah lebih besar dari satu. Namun dengan adanya penanaman talas yang dilakukan secara tumpangsari dengan jagung, membuat pendapatan yang diterima oleh petani menjadi menguntungkan. Besarnya pendapatan yang diterima dengan melakukan penanaman secara tumpangsari adalah Rp 11.162.324 untuk pendapatan atas biaya total dan Rp 21.290.003 untuk pendapatan atas biaya tunai. Besaran R/C rasionya adalah 1,59 untuk R/C atas biaya total dan 3,47 untuk R/C atas biaya tunai. Adanya pengolahan hasil pertanian telah membuat nilai tambah terhadap produk itu sendiri dibanding dijual dalam keadaan mentah. Penggunaan talas sebagai bahan pembuatan dodol talas merupakan bahan baku utamanya dan ditambah dengan bahan-bahan penolong seperti santan, tepung ketan, gula, mentega dan garam. Nilai tambah yang diberikan oleh pembuatan dodol talas ini adalah sebesar Rp 46.665 per kilogram talas. Untuk dapat mempertahankan usahatani talas di Kota Bogor tetap berjalan sebaiknya Dinas terkait seperti Dinas Pertanian dan Dinas Ketahanan Pangan Kota Bogor memberikan perhatian terhadap petani-petani yang mengusahakannya seperti bantuan penyediaan modal, penyululuhan mengenai teknik budidaya talas yang efisien terutama dalam penggunaan input berupa pupuk sehingga dapat mengurangi biaya produksi. Sebaiknya petani melakukan pola tanam tumpangsari pada saat menanam talas, agar dapat menutupi kerugian dari usahatani talas yang dilakukan dan pendapatan yang diterima juga lebih besar dibandingkan dengan pola tanam monokultur. Sebaiknya KWT Sawargi memberikan harga beli yang lebih tinggi kepada petani talas, karena membeli talas dengan harga beli yang sama dengan tengkulak tidak akan memberikan dampak yang positif terhadap usahatani talas di daerah tersebut.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcEconomics and Development Studies - Agribusinessid
dc.titleAnalisis pendapatan dan nilai tambah talas di Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogorid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordUsahataniid
dc.subject.keywordTalasid
dc.subject.keywordHayamiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record