Kecernaan zat makanan kelinci jantan lokal yang diberi ransum komplit mengandung bungkil inti sawit dengan jenis hijauan berbeda
Abstract
Kelinci mempunyai potensi cukup baik untuk dikembangkan sebagai
penghasil daging, kulit dan bulu. Pemeliharaan kelinci sebagai sumber protein
hewani belum dilakukan secara optimal karena ransum kelinci yang ada pada saat ini
masih terbatas, sehingga harga ransum komplit tersebut lebih mahal dibandingkan
ransum untuk ayam broiler. Pemakaian ransum ayam broiler kurang efisien karena
selain harganya mahal juga kandungan nutrisinya tidak sesuai dengan kebutuhan
nutrisi kelinci. Untuk mengatasi masalah tersebut maka dibuatlah ransum komplit
dengan menggunakan bahan lokal seperti bungkil inti sawit (BIS). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kecernaan bahan kering (KCBK), kecernaan bahan
organik (KCBO), kecernaan protein kasar (KCPK) dan kecernaan serat kasar
(KCSK) ransum komplit mengandung bungkil inti sawit dengan sumber hijauan
berbeda pada kelinci.
Penelitian ini menggunakan kelinci jantan lokal sebanyak 20 ekor dengan
rataan bobot badan sebesar 1461,65 + 140,8 g. Penelitian dilaksanakan selama enam
minggu dari bulan Maret-Juni 2009 bertempat di peternakan kelinci Komplek
Laladon Indah, Jalan Bukit Asam Ujung 1 No. 31 Bogor. Rancangan percobaan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan
empat ulangan. Perlakuan tersebut yaitu (R1) ransum komplit mengandung 5%
bungkil kelapa + 30% rumput lapang, (R2) ransum komplit mengandung 5% bungkil
kelapa + 25% rumput lapang + 5% lamtoro, (R3) ransum komplit mengandung 5%
bungkil kelapa + 25% rumput lapang + 5% daun ubi jalar, (R4) ransum komplit
mengandung 5% bungkil inti sawit (BIS) + 25% rumput lapang + 5% lamtoro, dan
(R5) ransum komplit mengandung 5% BIS + 25% rumput lapang + 5% daun ubi
jalar. Data yang diperolah dianalisis ragam (ANOVA) dan dilakukan uji Duncan
untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang
nyata (P<0,05) terhadap kecernaan zat makanan pada kelinci. KCBK, KCBO, dan
KCPK pada kelinci yang diberi ransum komplit mengandung bungkil kelapa dengan
kombinasi lamtoro maupun daun ubi jalar tidak berbeda dengan KCBK, KCBO, dan
KCPK ransum komplit mengandung BIS dan lamtoro. Akan tetapi KCSK pada
kelinci yang mendapat ransum komplit mengandung bungkil kelapa dengan hijauan
lamtoro lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan ransum komplit mengandung
BIS dengan hijauan yang sama. KCBK, KCBO, dan KCPK pada kelinci yang diberi
ransum komplit mengandung BIS dengan hijauan lamtoro yaitu berturut-turut
sebesar 78,76;79,97 dan 79,16%, sedangkan untuk ransum komplit mengandung
bungkil kelapa dengan hijauan lamtoro berturut-turut sebesar 78,88;80,53 dan
8,94%. KCSK pada kelinci yang mendapat ransum komplit mengandung BIS dengan
hijauan lamtoro yaitu sebesar 48,82%, sedangkan ransum komplit yang mengandung
bungkil kelapa dengan hijauan yang sama sebesar 40,59%. Dapat disimpulkan bahwa
kecernaan bahan kering, bahan organik, protein kasar dan serat kasar kelinci yang
mendapat ransum mengandung bungkil inti sawit dengan hijauan lamtoro sama
baikknya dengan kecernaan kelinci yang mendapat ransum mengandung bungkil
kelapa dengan hijauan lamtoro atau daun ubi jalar.