dc.description.abstract | Banten merupakan wilayah penghasil anggrek terbesar ke-3 di Indonesia.
Banten memproduksi anggrek sebanyak 2 189 988 tangkai pada tahun 2010.
Produksi anggrek terbesar di Banten dihasilkan oleh Kota Tangerang Selatan.
Kota Tangerang Selatan merupakan sentra anggrek di Banten. Hasil produksi
anggrek yang besar membuat Pemerintah Kota Tangerang Selatan menetapkan
anggrek sebagai ikon Kota Tangerang Selatan. Penetapan anggrek sebagai ikon
Kota Tangerang Selatan membuat Dinas Pertanian Kota Tangerang Selatan
menerapkan kebijakan klaster anggrek dibeberapa tempat. Kelurahan Pondok
Benda merupakan salah satu daerah klaster anggrek jenis Vanda douglas yang
ditetapkan Dinas Pertanian Kota Tangerang Selatan. Penetapan Kelurahan Pondok
Benda sebagai salah satu daerah klaster membuat Dinas Pertanian mengharapkan
produksi anggrek terus mengalami peningkatan. Peningkatan produksi anggrek
dapat tercapai jika petani melakukan budidaya sesuai dengan Standard operating
procedure (SOP) dan penggunaan input secara efisien. Hal tersebut menyebabkan
perlu adanya identifikasi terhadap penerapan SOP budidaya anggrek terestrial,
analisis efisiensi produksi serta analisis pendapatan.
Hasil identifikasi terhadap penerapan SOP menunjukkan bahwa responden
yang menerapkan SOP rata-rata sebanyak 67.08 persen, sedangkan responden
yang tidak menerapkan SOP rata-rata sebanyak 32.92 persen. Kendala
pengetahuan dan informasi dirasakan petani menjadi salah satu penyebab tidak
diterapkannya SOP oleh petani. Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui
bahwa perubahan input produksi bibit memiliki pengaruh yang paling besar
terhadap perubahan produksi usahatani anggrek Vanda douglas. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai elastisitas produksi terhadap bibit adalah 0.55. Hasil
analisis efisiensi menunjukkan bahwa, untuk mencapai kondisi efisien secara
ekonomi penggunaan bibit harus ditambah sebanyak 150 814 tangkai/ha/mst,
untuk pupuk anorganik harus dikurangi sebanyak 15 526.41 ml/ha/mst dan untuk
tenaga kerja harus ditambah sebanyak 302.6 HKP/ha/mst. Adapun pupuk organik
terdapat ketidaksesuaian mengenai penggunaan input optimal berdasarkan model
dengan berdasarkan SOP. Oleh karena itu, untuk analisis penggunaan input pupuk
organik yang optimal berdasarkan SOP adalah sebesar 120 000 kg/ha/mst. Total
biaya usahatani anggrek dalam penelitian ini adalah Rp 135 655 469.93 per ha per
musim tanam terdiri atas biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Penerimaan petani
responden usahatani anggrek Vanda douglas di Kelurahan Pondok Benda adalah Rp 235 080 825.00 per ha per musim tanam. Penerimaan berasal dari penjualan
bunga anggrek potong hasil panen. Total pendapatan atas biaya total adalah
Rp 99 425 355.07 per ha per musim tanam. Nilai R/C rasio atas biaya total adalah
sebesar 1.73. Nilai tersebut berarti bahwa setiap satu rupiah biaya total yang
dikeluarkan untuk usahatani anggrek Vanda douglas akan memberikan
penerimaan sebesar Rp 1.73. Nilai R/C rasio ini tetap tinggi dikarenakan harga
jual anggrek Vanda douglas yang cukup tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa
usahatani anggrek Vanda douglas layak untuk lebih dikembangkan. Selain itu,
jika setiap Rp 1 yang dimiliki oleh petani diinvestasikan ke dalam deposito maka
petani akan memperoleh pendapatan sebesar Rp 1.06 (dengan asumsi suku bunga
deposito sebesar 6 persen). Oleh karena itu, nilai pendapatan yang diperoleh
petani jika melakukan usahatani anggrek lebih besar dibandingkan petani
mendepositokan modal mereka (R/C rasio atas biaya tunai maupun total >
pendapatan deposito). | id |