Kualitas sabun mandi cair dengan penambahan madu dan ekstrak polen
View/ Open
Date
2003Author
Salam, Retno Reno Sari
Salundik
Siregar, Hotnida C.H.
Metadata
Show full item recordAbstract
Madu merupakan hasil utama dari lebah madu yang manfaatnya sangat banyak bagi manusia. Madu tidak hanya dimanfaatkan sebagai sumber makanan, tetapi dapat juga bermanfaat dalam industri farmasi, fermentasi bahkan kosmetik. Khasiat madu dalam kosmetik sudah banyak dibuktikan. Madu dapat berfungsi sebagai pelembab dan penghalus kulit, karena itu banyak produsen kosmetik yang menambahkan madu ke dalam produknya. Polen merupakan hasil dari lebah madu selain madu. Polen memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Polen dipercaya dapat meremajakan kulit dan memelihara kulit karena mengandung zat makanan yang berguna bagi kulit. Industri sabun mandi cair semakin berkembang di dunia, hal ini dikarenakan berbagai keunggulan dari sabun mandi cair, yaitu persepsi konsumen bahwa sabun mandi cair lebih higienis, praktis serta ekonomis bagi konsumen. Produksi sabun mandi air lebih mudah dan menguntungkan bagi produsen. Penambahan madu dan ekstrak polen pada sabun mandi cair dapat meningkatkan nilai guna sabun, yaitu dapat menghaluskan kulit dan meningkatkan daya buih pada sabun. Tujuan dari penelitian ini adalal. untuk mengetahui pengaruh penamba dan ekstrak polen terhadap kualitas sabun mandi cair dan konsentrasi madu dan ekstrak polen yang digunakan untuk menghasilkan sabun mandi cair dengan kualitas terbaik serta untuk mengetahui kesukaan panclis terhadap produk yang dihasilkan. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor dari bulan Januari hingga Maret 2003. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap pola searah dengan empat level perlakuan dan empat kali ulangan. Peubah yang diamati meliputi pH, bobot jenis, kadar bahan aktif dan cemaran mikroba. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis keragaman, apabila di antara perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan. Analisis kadar bahan aktif dilakukan secara komposit. Penilaian organoleptik dilakukan secara hedonik yang terdiri atas tiga parameter; yaitu busa, kesan licin/lengket saat pembilasan dan kehalusan/kelembutan kulit. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis, apabila di antara perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan uji rataan perbandingan nilai tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sabun mandi cair dengan penambahan madu dan ekstrak polen telah memenuhi Standar Nasional Indonesia Nomor 06-4085-1996. Penambahan madu polen berpengaruh sangat nyata terhadap pH sabun mandi cair (<0,01) dan berpengaruh nyata terhadap bobot jenis sabun mandi cair yang dihasilkan (<0,05), tetapi tidak mempengaruhi total cemaran mikroba.