Penampilan piyik merpati silangan homer x king dan persilangannya dengan merpati lokal dari umur 0-28 hari
View/ Open
Date
2003Author
Wiyono, Tri
Darwati, Sri
Martojo, Harimurti
Metadata
Show full item recordAbstract
Tujuan dari penelitian ini adalah menduga nilai heterosis hasil persilangan merpati Homer X King dengan merpati Lokal. Diharapkan pula adanya peningkatan bobot potong dari merpati Lokal yang sudah disilangkan.
Penelitian ini dimulai akhir bulan September 2002 sampai akhir bulan April 2003. Lokasi penelitian di Jalan Ngagel Mulyo X/43 Surabaya, Jawa Timur. Materi penelitian ini adalah merpati Lokal dan silangan Homer X King, masing-
masing sebanyak delapan pasang dan berumur enam bulan dan piyik berjumlah 40 ekor. Bibit merpati Lokal berasal dari Pasar Burung Jalan Semarang, Surabaya, Jawa Timur dan Pasar Burung Merpati Sepanjang. Surabaya, Jawa Timur. Sedangkan untuk bibit merpati silangan Homer X King berasal dari BPT-HMT Batu, Malang, Jawa Timur dan peternakan milik Maryono Herlambang, S.Sos di Kelurahan Rawasari Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Kandang terdiri dari kandang untuk penjodohan dan kandang individu. Kandang penjodohan berukuran 0.75 x 0,45 x 0,40 m³ dan kandang individu berukuran 0,50 x 0,45 x 0,40 m³.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap Pola Searah dengan empat perlakuan persilangan yaitu jantan merpati Lokal dengan betina merpati Lokal (P₁); jantan merpati silangan Homer X King dengan betina merpati silangan Homer X King (P2); jantan merpati silangan Homer X King dengan betina merpati Lokal (P3) dan jantan merpati Lokal dengan betina merpati silangan Homer X King (P4). Tiap perlakuan diulang empat kali. Data yang diperoleh dianalisis ragam. Apabila perlakuan berpengaruh terhadap peubah yang diukur, maka dilanjutkan dengan uji Tukey (Steel dan Torrie, 1993). Pendugaan nilai heterosis berdasarkan peubah yang diamati. Peubah yang diamati terdiri dari bobot telur tetas, bobot badan, pertambahan bobot badan, lingkar dada, panjang rentang sayap, panjang shank dan panjang bulu ekor utama. Sedangkan untuk penjodohan, daya tetas, mortalitas dan pemulihan induk disajikan secara deskriptif.
Proses penjodohan tercepat pada P₂ yaitu selama 8,75 hari. Sedangkan proses penjodohan terlama pada Pa yang memerlukan waktu 14 hari dalam proses penjodohan. Persentase daya tetas tertinggi untuk P, dan P. bernilai sama yaitu 85,42%. Sedangkan untuk P₂ presentase daya tetasnya rendah yaitu sebesar 66,67%. Hasil analisis ragam bobot telur tetas berbeda. Bobot telur dari induk merpati silangan Homer X King lebih besar dibandingkan dengan merpati Lokal. Bobot badan piyik berbeda pada umur 0, 7 dan 14 hari untuk tiap perlakuan. Piyik yang berumur 28 hari dari keempat perlakuan menunjukkan perbedaan bobot badan yang nyata. Lingkar dada piyik berbeda untuk tiap perlakuan pada piyik berumur tujuh hari. Panjang sayap tiap perlakuan berbeda pada piyik umur tujuh. Panjang shank psyik umur 7-28 hari berbeda untuk tiap perlakuan. Pada umur 28 hari ukuran panjang bulu ekor utama berbeda untuk tiap perlakuan.
Angka mortalitas piyik pada P, sebesar 33,33% dan terendah untuk Pa sebesar 13,33%. Penyebab kematian adalah predator, sifat keindukan dan kecelakaan. Rata- rata waktu tercepat untuk bertelur kembali pada P₂ yaitu 53 hari dan terlama untuk P4 Eyaitu 65,5 hari. Penempatan satu sarang dalam kandang menyebabkan kisaran waktu yang lama untuk bertelur kembali..
Nilai heterosis terjadi jika ada keunggulan dari keturunan hasil persilangan terhadap rataan tetuanya. Peubah yang mempunyai nilai heterosis adalah bobot. badan 10,72%, panjang shank 22,28% dan panjang bulu ekor utama 10,53%.
Kesimpulan yang didapat adalah hasil persilangan jantan Lokal dengan betina Homer X King (P4), memiliki bobot badan piyik yang lebih baik dari tetua Lokalnya, mortalitas yang rendah dan daya tetas Pa yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
