Show simple item record

dc.contributor.advisorSetyono, Dwi Joko
dc.contributor.advisorMulatsih, Sri
dc.contributor.authorReinaldo, Mesza Iqbal
dc.date.accessioned2023-10-25T00:11:51Z
dc.date.available2023-10-25T00:11:51Z
dc.date.issued2004
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/128066
dc.description.abstractJawa Barat memiliki pertumbuhan populasi ternak sapi terbesar di pulau Jawa dan Bali. Pertumbuhan populasi selama periode 2002 sebesar 5,83 % per tahun, sedangkan produksi dan konsumsi daging sapi masing-masing tumbuh sebesar 4,64 % per tahun dan 3,46 % per tahun (Renstra Ditjen BP, 2003). Salah satu wilayah pengembangan ternak sapi potong di Jawa Barat adalah Kabupaten Cianjur tepatnya di Kecamatan Sukanagara. Kecamatan ini memiliki beberapa keunggulan untuk dijadikan pusat pengembangan ternak sapi potong, diantaranya adalah potensi sumber daya lahan dan sumber daya manusia. Kecamatan Sukanagara memiliki luas dataran 33.000 Ha dan perbukitan 1.460.000 Ha, dengan populasi penduduk 6.000 jiwa dan angkatan kerja 3.150 jiwa yang memiliki keterampilan beternak. Modal sering menjadi penghambat bagi peternak skala kecil untuk memulai usaha di Desa Sukanagara, fenomena yang menarik adalah keberadaan pemodal perorangan yang melakukan kerjasama bagi hasil dengan peternak penggaduh dalam penggemukan sapi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari : (1) sistem bagi hasil ternak sapi potong di Desa Sukanagara; (2) tingkat pendapatan peternak penggaduh dan pemilik ternak dari sistem bagi hasil tersebut; (3) kontribusi pendapatan peternak penggaduh dari sistem bagi hasil ternak sapi potong terhadap total pendapatan keluarga peternak; dan (4) mengkaji hubungan antara skala usaha dengan tingkat pendapatan dari usahaternak sistem bagi hasil. Penelitian ini menggunakan teknik sensus. Populasi penelitian ini meliputi seluruh pemilik ternak dan peternak sapi potong yang terlibat dalam sistem bagi hasil di Desa Sukanagara. Data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua macam yaitu data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan : (1) analisa deskripif; (2) analisa bagi hasil; (3) analisa ukuran penerimaan, biaya, dan pendapatan; (4) analisa kontribusi pendapatan; (5) analisa rasio penerimaan dan pengeluaran (R/C Ratio); (6) analisa sensitifitas; serta (7) analisa korelasi pearson. Sebaran umur peternak cukup merata, yaitu usia < 30 tahun (30 %), usia 30-50 tahun (40 %), dan usia > 50 tahun (30 %), mayoritas responden (65%) tamat SD/sederajat, 70 % memiliki pengalaman beternak kurang dari lima tahun, 70% memiliki pekerjaan utama di bidang pertanian, 80% jumlah anggota keluarga peternak 15 orang, 80 % memiliki lahan kurang dari 0,5 Ha. Bangsa sapi yang digunakan dalam sistem bagi hasil adalah sapi Fries Holland (FH) jantan 40 ekor (72,7 %), Sapi Madura 11 ckor (20 %), dan Peranakan Ongole (PO) 4 ekor (7,3 %). Umur bakalan antara 3-15 bulan, dengan umur rata-rata 4,72 bulan, serta rata-rata...id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural Universityid
dc.subject.ddcPeternakanid
dc.titleSistem bagi hasil penggemukan sapi potong dan kontribusinya terhadap pendapatan keluarga petrnak di Desa Sukanagara, Kecamatan Sukanagara, Kebupaten cianjur, Jawa Baratid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordSistem bagi hasilid
dc.subject.keywordPenggemukanid
dc.subject.keywordSapi potongid
dc.subject.keywordKontribusiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record