| dc.description.abstract | Informasi mengenai komposisi kimia daging kelinci masih sangat kurang sehingga dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mempelajari komposisi kimia dagingnya pada berbagai tingkat bobot hidup agar pemanfaatannya dapat dioptimalkan. Penelitian menggunakan delapan ekor kelinci persilangan yang berasal dari peternakan rakyat yang menghasilkan kelinci potongan yang tidak diketahui asal-usul tetuanya. Penelitian dilakukan di Laboratorium Ilmu Ternak Ruminansia Kecil dan Ilmu Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap pola searah dengan dua kali ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah perbedaan bobot hidup yaitu pada bobot hidup 500, 1.000, 1.500 dan 2.000 g. Komposisi kimia dagingnya (otot dan lemak tanpa lemak ginjal) yang dianalisis meliputi kadar air, lemak, protein dan mineral. Pengaruh perlakuan terhadap komposisi kimia yang diamati dianalisis menggunakan sidik ragam. Data yang diperoleh ditampilkan dengan kurva respon dan dilanjutkan dengan analisa deskriptif. Data pertumbuhan relatif dianalisis dengan persamaan Alometri Y-ax (Snedecor dan Cochran, 1967).
Hasil penelitian menunjukkan bobot potong kelinci sangat menentukan komposisi
karkasnya. Meningkatnya bobot potong diikuti dengan meningkatnya persentase bobot
karkas dengan tingkat keeratan 98,5%. Peningkatan bobot karkas dikuti dengan
meningkatnya persentase bobot daging dengan tingkat keeratan 99,3% dan
berkurangnya persentase bobot tulangnya dengan tingkat keeratan 73,98%.
Komposisi kimia daging kelinci berubah mengikuti perubahan bobot hidupnya. Kadar air daging berkurang dengan meningkatnya bobot hidup sementara kadar lemak meningkat seiring meningkatnya bobot hidupnya. Kadar protein dan kadar mineral relatif konstan pada berbagai tingkat bobot hidup. Bobot hidup 500-2.000 g, menghasilkan daging dengan komposisi kimia 71,67%-78,82% air, 18,69% -22,36% protein, 0.60%-1,05% lemak dan 1,03%-1,10% mineral. | id |