Show simple item record

dc.contributor.advisorYusalina
dc.contributor.authorKaro, Osin Joden
dc.date.accessioned2023-10-17T08:19:23Z
dc.date.available2023-10-17T08:19:23Z
dc.date.issued2010
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/126721
dc.description.abstractSektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia baik dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto) maupun dalam hal penerapan tenaga kerja. Berdasarkan bidang usahanya, sektor pertanian terbagi atas sub sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Hortikultura adalah salah satu subsektor pertanian yang terdiri dari komoditas buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Sejauh ini kontribusi hortikultura pada PDB cenderung meningkat. Pada tahun 2007 PDB hortikultura sebesar Rp 76.79 trilliun, tahun 2008 diperkirakan menjadi Rp 80.29 trilliun. Prospek pengembangan budidaya kembang kol sebagai salah satu komoditas hortikultura sayuran di Indonesia sangat bagus, selain karena berdampak positif terhadap perbaikan gizi masyarakat, juga karena keadaan agroklimatologis wilayah nusantara yang cocok untuk kembang kol. Salah satu daerah yang menjadi pusat penghasil sayuran kembang kol di propinsi Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor khususnya Kecamatan Cisarua. Kelompok tani “Suka Tani” adalah salah satu kelompok tani yang memproduksi sayuran kembang kol. Namun, pada kegiatan pemasaran kembang kol petani sering merasa kurang respon terhadap harga yang diterimanya (terlalu rendah) sedangkan harga ditingkat konsumen akhir tinggi. Penurunan harga kembang kol akan berimplikasi pada pendapatan petani. Bagi petani pendapatan merupakan insentif untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga petani mau menanam suatu komoditi. Pendapatan yang dihasilkan juga ditentukan oleh produksi yang dihasilkan dan biaya produksi yang dikeluarkan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisisi tingkat pendapatan petani kembang kol, dan (2) Menganalisis sistem pemasaran, saluran pemasaran, struktur dan prilaku pasar dan sebaran margin pemasaran kembang kol dari produsen sampai konsumen akhir serta farmer’ share. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2009. Pengambilan responden untuk petani dilakukan secara sensus karena jumlah petani yang sangat terbatas sehingga seluruh petani yang berada di bawah naungan kelompok tani ”Suka Tani” akan di jadikan sebagai responden yaitu sebanyak 30 orang. Responden yang diambil untuk menganalisis pemasaran dengan mengikuti arus pemasaran kembang kol. Jumlah pedagang yang dijadikan responden terdiri dari dua orang pedagang pengumpul, dua orang pedagang besar dan empat orang pedagang pengecer. Penerimaan petani yang diperoleh dalam melakukan usahatani kembang kol sebesar Rp13,500,000,- per luasan rata-rata lahan (0.4 ha)dan penerimaan petani pada luas lahan satu hektar sebesar Rp. 33,750.000,-. R/C rasio atas biaya total yang di peroleh petani dengan luasan lahan satu hektar adalah sebesar 2.6 yang berarti setiap pengeluaran petani sebesar Rp 100,- akan mendapatkan imbalan penerimaan sebesar Rp 260,-. Nilai R/C yang lebih dari satu ini menunjukkan bahwa usahatani kembang kol efisien diusahakan karena penerimaan yang dihasilkan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan, sedangkan R/C rasio atas biaya total yang diperoleh petani kembang kol dengan luasan lahan 0,4 ha adalah sebesar 2.5 yang berarti setiap pengeluaran petani sebesar Rp 100,- akan mendapatkan imbalan penerimaan sebesar Rp 250,- sehingga usahatani kembang kol pada luasan 0,4 ha juga efisien untuk diusahakan karena penerimaan yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan oleh petani. Saluran pemasaran pada kegiatan usahatani kembang kol di Desa Tugu Utara ada lima saluran yang terdiri dari pola I (Petani - pedagang pengumpul) - Pedagang Besar ( pedagang grosir Kramatjati - Pedagang Pengecer (pasar induk keramatjati) – Konsumen, Pola II (Petani- pedagang pengumpul-pedagang besar ( pedagang Grosir TU) - Pedagang pengecer ( pasar TU) – Konsumen, Pola III (Petani- Pedagang Kramatjati - Pengecer pasar Kramtjati) - Konsumen, Pola IV Petani - Pedagang Besar ( TU) - Pedagang Pengecer (pasar TU) – Konsumen dan pola saluran pemasaran V (Petani - Pedagang Pengecer (pasar Cisarua) – Konsumen. Struktur pasar pelaku pemasaran kembang kol untuk pedagang pengumpul dan pengecer cendrung bersifat pasar bersaing sempurna. Sedangkan untuk pedagang grosir masing-maing pasar Induk Kramatjati, pasar Cisarua dan pasar TU cendrung mengarah pada struktur pasar oligopoli. Pada perilaku pasar yang dihadapi pemasaran kembang kol dalam praktek penjualan dan pembelian telah terjalin kerjasama antara sesama lembaga pemasaran sehingga tercipta stabilitas pasar. Penentuan harga antara petani dengan pedagang berdasarkan tawarmenawar, namun petani tetap sebagai penerima harga (price taker). Harga yang terjadi berdasarkan mekanisme pasar. Sistem pembayaran yang terjadi adalah sistem pembayaran tunai atau dibayarkan setelah barang terjual. Kerjasama antara petani dan lembaga pemasaran sudah berlangsung lama, sehingga sudah terjalin hubungan baik dan rasa saling percaya...id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universtyid
dc.subject.ddcEconomic and Managementid
dc.subject.ddcAgribusinessid
dc.titleAnalisis pendapatan usaha tani dan pemasaran kembang kol: studi kasus kelompok tani "suka tani", desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Baratid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordBogor Agricultural Universityid
dc.subject.keywordInstitut Pertanian Bogorid
dc.subject.keywordIPBid
dc.subject.keywordMarketingid
dc.subject.keywordFarmers shareid
dc.subject.keywordBrassica oleracea botrytis Lid
dc.subject.keywordBloemkooid
dc.subject.keywordCymosa Lamnid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record