Analisis pendapatan usaha tani dan pemasaran kembang kol: studi kasus kelompok tani "suka tani", desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Abstract
Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian
Indonesia baik dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto) maupun dalam
hal penerapan tenaga kerja. Berdasarkan bidang usahanya, sektor pertanian
terbagi atas sub sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan,
kehutanan dan perikanan.
Hortikultura adalah salah satu subsektor pertanian yang terdiri dari
komoditas buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Sejauh ini kontribusi
hortikultura pada PDB cenderung meningkat. Pada tahun 2007 PDB hortikultura
sebesar Rp 76.79 trilliun, tahun 2008 diperkirakan menjadi Rp 80.29 trilliun.
Prospek pengembangan budidaya kembang kol sebagai salah satu komoditas
hortikultura sayuran di Indonesia sangat bagus, selain karena berdampak positif
terhadap perbaikan gizi masyarakat, juga karena keadaan agroklimatologis
wilayah nusantara yang cocok untuk kembang kol.
Salah satu daerah yang menjadi pusat penghasil sayuran kembang kol di
propinsi Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor khususnya Kecamatan Cisarua.
Kelompok tani “Suka Tani” adalah salah satu kelompok tani yang memproduksi
sayuran kembang kol. Namun, pada kegiatan pemasaran kembang kol petani
sering merasa kurang respon terhadap harga yang diterimanya (terlalu rendah)
sedangkan harga ditingkat konsumen akhir tinggi. Penurunan harga kembang kol
akan berimplikasi pada pendapatan petani. Bagi petani pendapatan merupakan
insentif untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga petani mau menanam suatu
komoditi. Pendapatan yang dihasilkan juga ditentukan oleh produksi yang
dihasilkan dan biaya produksi yang dikeluarkan.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisisi tingkat pendapatan petani
kembang kol, dan (2) Menganalisis sistem pemasaran, saluran pemasaran, struktur
dan prilaku pasar dan sebaran margin pemasaran kembang kol dari produsen
sampai konsumen akhir serta farmer’ share. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Desember 2009. Pengambilan responden untuk petani dilakukan secara sensus
karena jumlah petani yang sangat terbatas sehingga seluruh petani yang berada di
bawah naungan kelompok tani ”Suka Tani” akan di jadikan sebagai responden
yaitu sebanyak 30 orang. Responden yang diambil untuk menganalisis pemasaran
dengan mengikuti arus pemasaran kembang kol. Jumlah pedagang yang dijadikan
responden terdiri dari dua orang pedagang pengumpul, dua orang pedagang besar
dan empat orang pedagang pengecer.
Penerimaan petani yang diperoleh dalam melakukan usahatani kembang
kol sebesar Rp13,500,000,- per luasan rata-rata lahan (0.4 ha)dan penerimaan
petani pada luas lahan satu hektar sebesar Rp. 33,750.000,-. R/C rasio atas biaya
total yang di peroleh petani dengan luasan lahan satu hektar adalah sebesar 2.6
yang berarti setiap pengeluaran petani sebesar Rp 100,- akan mendapatkan
imbalan penerimaan sebesar Rp 260,-. Nilai R/C yang lebih dari satu ini
menunjukkan bahwa usahatani kembang kol efisien diusahakan karena
penerimaan yang dihasilkan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan, sedangkan
R/C rasio atas biaya total yang diperoleh petani kembang kol dengan luasan lahan
0,4 ha adalah sebesar 2.5 yang berarti setiap pengeluaran petani sebesar Rp 100,-
akan mendapatkan imbalan penerimaan sebesar Rp 250,- sehingga usahatani
kembang kol pada luasan 0,4 ha juga efisien untuk diusahakan karena penerimaan
yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan oleh petani.
Saluran pemasaran pada kegiatan usahatani kembang kol di Desa Tugu
Utara ada lima saluran yang terdiri dari pola I (Petani - pedagang pengumpul) -
Pedagang Besar ( pedagang grosir Kramatjati - Pedagang Pengecer (pasar induk
keramatjati) – Konsumen, Pola II (Petani- pedagang pengumpul-pedagang besar (
pedagang Grosir TU) - Pedagang pengecer ( pasar TU) – Konsumen, Pola III
(Petani- Pedagang Kramatjati - Pengecer pasar Kramtjati) - Konsumen, Pola IV
Petani - Pedagang Besar ( TU) - Pedagang Pengecer (pasar TU) – Konsumen dan
pola saluran pemasaran V (Petani - Pedagang Pengecer (pasar Cisarua) –
Konsumen.
Struktur pasar pelaku pemasaran kembang kol untuk pedagang pengumpul
dan pengecer cendrung bersifat pasar bersaing sempurna. Sedangkan untuk
pedagang grosir masing-maing pasar Induk Kramatjati, pasar Cisarua dan pasar
TU cendrung mengarah pada struktur pasar oligopoli. Pada perilaku pasar yang
dihadapi pemasaran kembang kol dalam praktek penjualan dan pembelian telah
terjalin kerjasama antara sesama lembaga pemasaran sehingga tercipta stabilitas
pasar. Penentuan harga antara petani dengan pedagang berdasarkan tawarmenawar,
namun petani tetap sebagai penerima harga (price taker). Harga yang
terjadi berdasarkan mekanisme pasar. Sistem pembayaran yang terjadi adalah
sistem pembayaran tunai atau dibayarkan setelah barang terjual. Kerjasama
antara petani dan lembaga pemasaran sudah berlangsung lama, sehingga sudah
terjalin hubungan baik dan rasa saling percaya...
Collections
- UT - Agribusiness [4402]