Penerimaan, tingkat stres, dan coping strategy ibu terhadap program konversi minyak tanah ke LPG di Kabupaten Bogor
Abstract
Sebagai solusi terhadap krisis ekonomi dan kelangkaan Bahan Bakar
Minyak (BBM), pemerintah meluncurkan program konversi minyak tanah ke
LPG. Namun demikian, perlu dikaji bagaimana penerimaan serta dampaknya di
kalangan masyarakat.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis penerimaan,
tingkat stres dan coping strategy contoh terhadap program konversi minyak tanah
ke LPG di Kabupaten Bogor. Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah : (1) Mengidentifikasi karakteristik contoh dan keluarga
penerima program konversi minyak tanah ke LPG, (2) Mengidentifikasi tingkat
penerimaan, tingkat stres, dan coping strategy contoh terhadap program konversi
minyak tanah ke LPG, (3) Menganalisis hubungan antara karakteristik contoh dan
keluarga dengan tingkat penerimaan contoh terhadap program konversi minyak
tanah ke LPG, (4) Menganalisis hubungan antara tingkat penerimaan contoh
terhadap program konversi minyak tanah ke LPG dengan tingkat stres contoh, (5)
Menganalisis hubungan antara coping strategy dengan tingkat stres contoh
terhadap program konversi minyak tanah ke LPG, dan (6) Menganalisis faktorfaktor
yang berpengaruh terhadap coping strategy contoh.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan dan wawancara menggunakan
alat bantu kuesioner. Penelitian dilaksanakan di dua kecamatan di Kabupaten
Bogor Jawa Barat, yaitu Kecamatan Ciomas dan Kecamatan Kemang. Pada
masing-masing kecamatan tersebut diambil dua desa, yaitu Desa Sukaharja dan
Desa Sukamakmur pada Kecamatan Ciomas; Desa Kemang dan Desa Tegal pada
Kecamatan Kemang. Jumlah contoh pada penelitian sebanyak 80 orang ibu. Data
yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel dan
SPSS 13.0 for windows untuk menganalisis penerimaan, tingkat stres, dan coping
strategy contoh terhadap program konversi minyak tanah ke LPG.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh menggunakan
LPG (Liquid Petroleum Gas). Untuk karakteristik contoh terdapat kecenderungan
semakin muda umur contoh maka contoh cenderung semakin menggunakan LPG
(94.50%); tidak ada kecenderungan antara pendidikan contoh dengan perilaku
penggunaan LPG contoh, dimana seluruh contoh tidak sekolah, tamat SMP, dan
tamat SMA cenderung menggunakan LPG dan hanya sebagian kecil contoh
(9.10%) tidak tamat SD tidak menggunakan LPG; dan ada kecenderungan antara
status pekerjaan contoh dengan perilaku penggunaan LPG, dimana kelompok
contoh tidak bekerja cenderung lebih banyak menggunakan LPG (92.30%)
dibandingkan dengan kelompok contoh bekerja (86.70%). Sementara itu, untuk
karakteristik keluarga terdapat kecenderungan yaitu semakin muda umur suami
contoh maka contoh cenderung semakin menggunakan LPG (93.50%); tidak ada
kecenderungan antara pendidikan suami contoh dengan perilaku penggunaan LPG
contoh dimana, seluruh suami contoh tidak sekolah, tamat SMP, dan tamat SMA
cenderung menggunakan LPG dan hanya sebagian kecil contoh (9.10%) tidak
tamat SD yang tidak menggunakan LPG; ada kecenderungan pada kelompok
suami contoh yang tidak bekerja cenderung menggunakan LPG (100.00%)
dibandingkan dengan kelompok suami bekerja (90.90%); tidak ada
kecenderungan antara pendapatan per kapita/bulan keluarga dengan perilaku
penggunaan LPG; ada kecenderungan pada keluarga dengan pengeluaran lebih
dari Rp366 135.00 per kapita/bulan cenderung lebih menggunakan LPG, dan ada
kecenderungan semakin kecil keluarga contoh maka contoh cenderung semakin
menggunakan LPG.