Show simple item record

dc.contributor.authorLoristiana, Dewi Wulan
dc.date.accessioned2010-05-05T03:13:37Z
dc.date.available2010-05-05T03:13:37Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/11854
dc.description.abstractTekanan likuiditas pasar global di pasar keuangan Indonesia pada akhir semester I tahun 2007 telah menimbulkan aliran dana ke luar (outflow) yang tercermin pada turunnya jumlah penanaman investor asing terutama pada SUN dan SBI. Oleh karena itu, suku bunga SBI harus disesuaikan dengan suku bunga pasar untuk merespon perubahan tersebut. Ketidakpastian pergerakan suku bunga SBI mempengaruhi profitabilitas bank melalui struktur aset dan kewajibannya yang sensistif terhadap perubahan suku bunga. Begitu juga dengan perubahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing mempengaruhi posisi aset dan kewajiban bank serta perolehan Net Interest Income. Perbedaaan sensitivitas aset dan kewajiban terhadap suku bunga dan nilai tukar menyebabkan timbulnya gap yang berpengaruh terhadap profitabilitas sejalan dengan arah pergerakan suku bunga pasar dan fluktuasi nilai tukar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses dan kinerja pengelolaan aset dan kewajiban BRI periode krisis keuangan global 2007-2008, menganalisis posisi dan struktur gap management yang terbentuk, serta menganalisis efektivitas manajemen gap yang telah dilakukan oleh BRI selama periode 2007-2008. Data yang digunakan sebagian besar adalah data sekunder dari publikasi perusahaan. Data diolah secara deskriptif dan kuantitatif dengan pengklasifikasian terhadap aset dan kewajiban serta simulasi untuk mengetahui dampak perubahan suku bunga. Adapun pengolahan data menggunakan alat bantu Microsoft Excel 2007 dan Minitab14. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengelolaan aset dan liabilitas BRI dilakukan oleh suatu komite yang disebut Asset Liability Committee (ALCO). Kinerja pengelolaan aset dan liabilitas BRI sangat baik terbukti dari perkembangan aset, kewajiban dan modal yang seimbang serta menjadi bank terbesar dari sisi kredit dengan tingkat non performing loans yang terus menurun. Gap yang terbentuk di BRI untuk periode sensitivitas 1 (kurang dari satu bulan) dan periode 2 (lebih dari satu sampai tiga bulan) pada tahun 2007 adalah negatif gap dengan nilai masing-masing adalah 102,8 triliun rupiah dan 1,6 triliun rupiah, sedangkan untuk periode sensitivitas 3 (lebih dari tiga sampai dua belas bulan) merupakan gap positif dengan nilai 23,2 triliun rupiah. Pada tahun 2008, gap negatif terbentuk pada periode sensitivitas 1 dengan nilai 123,3 triliun rupiah, sedangkan gap positif terbentuk pada periode 2 dan periode 3 dengan nilai masing-masing 9,1 triliun rupiah dan 18, 7 triliun rupiah. Sedangkan posisi gap yang terbentuk per triwulan untuk tahun 2008 menunjukkan bahwa triwulan 1, 2, dan 4 adalah negatif gap dan untuk triwulan 3 adalah positif gap dengan volume masing-masing 3.454 miliar rupiah, 11.694 miliar rupiah, dan 12.982 miliar rupiah serta 2.531 miliar rupiah. Besaran gap negatif tersebut berarti bahwa adanya kenaikan suku bunga pasar terutama SBI yang menjadi referensi akan menurunkan net interest income (NII) BRI dan menunjukkan bahwa BRI lebih mengutamakan keuntungan jangka pendeknya. 3 Posisi gap berdasarkan pengaruh nilai tukar untuk periode 2007 dan 2008 masing-masing adalah overbought 1,2 triliun rupiah dan overbought 2,5 triliun rupiah. Sedangkan gap yang terbentuk secara triwulanan menunjukkan bahwa untuk triwulan 1, 2, dan 3 adalah posisi overbought dengan volume yang menurun, dan untuk triwulan 4 adalah posisi overbought dengan volume yang meningkat. Posisi overbought tersebut diartikan bahwa adanya depresiasi nilai tukar rupiah akan memberikan keuntungan bagi BRI sebesar nilai overbought dikalikan persentase perubahan nilai tukar per modal yang dimiliki. Struktur gap sensitivitas suku bunga BRI terbentuk oleh rate sensitive asset yang terdiri dari penempatan di Bank Indonesia dan bank lain berupa secondary reserve, efek-efek yang diperdagangkan, obligasi pemerintah, serta kredit yang diberikan. Sedangkan rate sensitive liability terbentuk oleh dana pihak ketiga, pinjaman dan simpanan dari bank lain serta pinjaman subordinasi. Simulasi proyeksi NII untuk satu tahun ke depan berdasarkan posisi gap tahun 2008 dengan peningkatan suku bunga sebesar 169 basis poin menunjukkan bahwa negatif gap BRI berpotensi menurunkan NII sebesar 8,6 persen atau pendapatan bersih sebesar 21,5 persen. Kondisi tersebut terjadi jika posisi gap dipertahankan dengan nominal yang sama dan perubahan suku bunga ditransmisikan secara paralel untuk aset dan kewajiban. Berdasarkan analisis gap per triwulan dan per tahun baik untuk suku bunga maupun nilai tukar, dapat disimpulkan bahwa manajemen gap BRI telah efektif dalam merespon setiap perubahan yang terjadi. Hal tersebut terbukti dengan kemampuan BRI dalam mempertahankan posisi gapnya dan meningkatkan pendapatan yang diperoleh. Berdasarkan kondisi tersebut maka usaha yang dapat dilakukan BRI untuk menghadapi tren kenaikan suku bunga dalam kondisi gap negatif adalah meningkatkan rate sensitive asset dan menurunkan rate sensitive liability. Sedangkan langkah-langkah untuk menghadapi tren nilai tukar rupiah yang terus melemah terhadap US dollar adalah dengan meningkatkan pengendalian kebijakan posisi devisa neto dan melakukan diversifikasi kepemilikan valuta asing.id
dc.titleAnalisis Sensitivitas Gap Suku Bunga dan Nilai Tukar Bank Rakyat Indonesia Periode 2007-2008id


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record