Show simple item record

dc.contributor.advisorMaarif, M. Syamsul
dc.contributor.advisorDiarta, Setia
dc.contributor.authorSutrizona, Fandrika
dc.date.accessioned2021-02-15T08:58:45Z
dc.date.available2021-02-15T08:58:45Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/105927
dc.description.abstractIndonesia memiliki keunggulan demografis dimana jumlah penduduk usia produktif 67,53% atau 201,185 juta jiwa. Jumlah angkatan kerja di Indonesia mencapai 135,85 juta orang dengan angka pengangguran diatas 5% setiap tahun. Dari total angka pengangguran, lulusan sekolah kejuruan memberikan kontribusi yang besar terhadap persentase pengangguran sebesar 10,42% (Badan Pusat Statistik 2019). Pengangguran disebabkan oleh kurangnya link and match antara sekolah kejuruan dan industri yang menyebabkan kesenjangan antara lulusan sekolah kejuruan dan industri. Beberapa penyebab kesenjangan adalah kurikulum yang digunakan masih berorientasi pada jumlah lulusan yang dihasilkan, jumlah guru produktif hanya 22% dari total kebutuhan 60%, pola pembelajaran praktis hanya 40% dari 70% kebutuhan, sebagian besar sekolah kejuruan belum memiliki peralatan standar minimum, serta kompetensi guru masih tertinggal dengan kebutuhan industri (Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri 2019). Untuk menindaklanjuti permasalahan kesenjangan tersebut perlu dilakukan langkah-langkah kongkrit oleh stakeholder agar dapat menekan angka pengangguran dan mendukung tumbuhnya industri di tanah air. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi kesenjangan antara sekolah kejuruan dan industri sehingga dapat diketahui kompetensi keterampilan yang dibutuhkan oleh industri. Selain itu, dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah sebagai pengelola pendidikan nasional dalam mengidentifikasi faktor-faktor utama penyebab permasalahan kompetensi lulusan sekolah kejuruan. Dengan mengidentifikasi faktor-faktor utama permasalahan tersebut, stakeholders dapat merumuskan strategi pengembangan kompetensi lulusan sekolah kejuruan dalam menghadapi dunia kerja. Metode data yang dilakukan dalam penelitian melalui wawancara mendalam dan survei. Metode analis data yang digunakan adalah AHP untuk menentukan bobot prioritas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tedapat 3 faktor utama yang mempengaruhi lulusan sekolah kejuruan yaitu infrastruktur kompetensi, pendidikan berbasis kompetensi dan kebutuhan industri. Aktor yang berperan dalam pengembangan kompetensi adalah sekolah kejuruan, pemerintah pusat, pemerintah daerah dan industri. Tujuan yang harus dilaksanakan oleh para aktor adalah pengembangan standar kompetensi, peningkatan sarana dan prasarana praktikum, kompetensi keahlian, dan peningkatan peran industri pada pendidikan vokasi. Strategi yang akan dilakukan oleh para aktor untuk mencapai sasaran utama adalah penyelarasan kurikulum, silabus dan modul sesuai kebutuhan industri, pemenuhan kebutuhan guru produktif dan pemanfaatan ahli perak, pemenuhan kebutuhan sarana prasarana praktikum, penyelenggaraan prakerin bagi siswa dan magang industri bagi guru, pemberian insentif pada industri yang melakukan pembinaan dan pengembangan sekolah kejuruan serta sertfikasi kompetensi siswa. Berdasarkan hasil pembobotan AHP faktor, Infrastruktur memiliki bobot yang paling tinggi dan menjadi prioritas pertama meliputi kurikulum, sarana dan prasaran praktikum, kompetensi keahlian dan kompetensi tenaga pengajar. Dalam pelaksanaanya aktor yang berperan dalam pengembangan kompetensi tenaga kerja industri untuk lulusan sekolah kejuruan secara urutan prioritas adalah sekolah kejuruan, industri, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat. Masing masing aktor mempunyai peran pada tujuan untuk mencapai sasaran strategis. Tujuan yang ingin dicapai oleh para aktor sesuai urutannya adalah pengembangan standar kompetensi, peningkatan sarana dan prasarana praktikum, penyesuaian kompetensi keahlian, dan peningkatan peran industri pada pendidikan vokasi. Untuk mencapai sasaran utama yaitu pengembangan kompetensi tenaga kerja industri lulusan sekolah kejuruan secara berurutan yaitu dengan penyelarasan kurikulum, silabus dan modul sesuai kebutuhan industri, pemenuhan kebutuhan sarana prasarana praktikum, pemenuhan kebutuhan guru produktif dan pemanfaatan silver expert, pemberian insentif pada industri yang melakukan pembinaan dan pengembangan sekolah kejuruan, penyelenggaraan prakerin bagi siswa dan magang industri bagi guru, serta sertfikasi kompetensi siswa.id
dc.language.isoidid
dc.titleStrategi Pengembangan Kompetensi Tenaga Kerja Industri Lulusan Sekolah Kejuruanid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordAHPid
dc.subject.keywordkompetensiid
dc.subject.keywordlink and matchid
dc.subject.keywordsekolah kejuruanid
dc.subject.keywordtenaga kerjaid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record