Karakterisasi Fisikokimia Crude Palm Oil (CPO) di Daerah Sumatra dan Non Sumatra.
View/Open
Date
2019Author
Isharyadi, Febrian
Faridah, Didah Nur
Sitanggang, Azis Boing
Metadata
Show full item recordAbstract
Crude Palm Oil (CPO) merupakan minyak nabati yang dihasilkan dari
tanaman buah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq, Arecaceae). Penggunaan CPO
yang beragam sebagai bahan baku pangan ataupun non pangan berimplikasi pada
kebutuhan CPO yang meningkat. CPO merupakan komoditi strategis bagi
Indonesia khususnya untuk ekspor. Namun ekspor CPO masih memiliki kendala
khususnya ke negara-negara Eropa sebagai salah satu pasar potensial. Kendala
tersebut berupa penolakan CPO Indonesia oleh negara-negara Eropa tersebut.
Salah satu faktor penyebab adalah adanya kontaminan dalam minyak sawit,
diantaranya 3-MCPDE dan GE yang bersifat potensial karsinogenik. Kontaminan
tersebut dapat terbentuk karena adanya prekursor yang salah satunya adalah
diasilgliserol (DAG). Pembentukan DAG didukung oleh karakteristik fisikokimia
lain pada CPO. Lokasi perkebunan kelapa sawit yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia dan variasi dari metode pemrosesan akan menyebabkan keberagaman
dari karakteristik fisikokimia. Tujuan penelitian ini untuk melakukan karakterisasi
fisikokimia dari CPO (fraksi asilgliserol, asam lemak bebas (ALB), kadar air,
deterioration of bleachability index (DOBI) dan total karoten) yang diproduksi di
daerah Sumatra dan non Sumatra (Kalimantan dan Sulawesi) sebagai daerah yang
mempunyai nilai produksi CPO tertinggi. Selain itu dilakukan pula verifikasi
metode uji densitas CPO berdasarkan metode ISO 6883:2017 untuk memperoleh
metode yang sudah terverifikasi sehingga dapat menjamin keabsahan hasil
pengukurannya.
Penelitian ini terbagi menjadi empat tahapan diantaranya tahap (1)
penentuan jumlah dan lokasi pabrik kelapa sawit (PKS), tahap (2) pengambilan
sampel CPO, tahap (3) verifikasi metode uji densitas, dan tahap (4) karakterisasi
fisikokimia CPO. Penentuan lokasi dan jumlah sampel PKS ditentukan secara
stratified purposive sampling dengan memperhatikan produksi CPO, jumlah PKS
tiap propinsi, lokasi dan ketersediaan akses untuk melakukan pengambilan
sampel. Jumlah PKS yang menjadi sampel pada masing-masing daerah adalah
Sumatra (n = 19 PKS) dan non Sumatra (Kalimantan (n = 11 PKS), Sulawesi
(n = 1 PKS)). Pada masing-masing PKS diambil sebanyak dua buah sampel pada
storage tank yang berbeda dan dilakukan sebanyak dua kali ulangan pada masingmasing
storage tank.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode uji densitas untuk sampel CPO
berdasarkan ISO 6883:2017 telah terverifikasi dengan nilai akurasi dan presisi
yang baik. Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa karakterisasi fisikokimia
CPO di daerah Sumatra dan non Sumatra sangat bervariasi. Kesesuaian
karakteristik fisikokimia di daerah Sumatra dan non Sumatra terhadap standar
yang berlaku secara nasional dan internasional adalah sebagai berikut : untuk
kadar ALB kesesuaian terhadap standar SNI dan Malaysia adalah 77.42%, kedua
standar tersebut mempersyaratkan nilai yang sama yaitu maksimal 5.0%. Untuk
kadar air kesesuaian terhadap standar SNI, Malaysia standard, dan Codex secara
berturut-turut adalah 96.77%, 77.42%, dan 54.84%, masing-masing standar
tersebut mempersyaratkan spesifikasi kadar air pada CPO secara berturut-turut
adalah 0.50%, 0.25%, dan 0.20%. Nilai DOBI hanya dipersyaratkan oleh
Malaysia standard dengan spesifikasi nilai DOBI minimal 2.3 dan pada CPO
yang diamati sebesar 72.58% sampel telah memenuhi spesifikasi. Untuk total
karoten kesesuaian terhadap Malaysia standard dan Codex secara berturut-turut
adalah 59.68% dan 43.55%, masing-masing standar tersebut mempersyaratkan
spesifikasi total karoten pada CPO secara berturut-turut adalah 474 – 689 mg/kg
dan 500 – 2000 mg/kg. Kadar asam lemak bebas, kadar air, DOBI, dan total
karoten pada beberapa CPO di daerah Sumatra dan non Sumatra telah memenuhi
persyaratan SNI, Malaysia standard, dan Codex. Namun, tidak ditemukan
karakteristik fisikokimia CPO yang dipersyaratkan dapat terpenuhi oleh semua
CPO yang diamati sehingga diperlukan penyusunan pedoman sistem produksi dan
manajemen pengolahan CPO. Kadar DAG pada CPO di daerah Sumatra dan non
Sumatra cukup tinggi dengan rata-rata 6.73% (3.18 – 13.64%). Oleh karena itu
diperlukan mitigasi lebih lanjut potensi penurunan DAG sebagai prekursor
pembentukan 3-MCPDE dan GE pada CPO, sehingga diperoleh CPO yang
berkualitas dan berdaya saing di pasar internasional.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2331]