Pengaruh Pemberian Arang Aktif dari Bambu yang Diperkaya dengan Asam Asetat terhadap Morfologi Usus, Kualitas Telur dan Tulang pada Ayam Petelur.
View/ Open
Date
2019Author
Hutabarat, Ida Maria Lestari
Nahrowi
Mutia, Rita
Matsumoto, Yoshiki
Metadata
Show full item recordAbstract
Banyak penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas kerabang telur dengan menggunakan berbagai pendekatan. Sebagian besar studi tentang nutrisi berfokus pada manipulasi Ca di dalam pakan ternak sebagai cara utama untuk meningkatkan kualitas kulit telur. Akantetapi, ada penelitian yang melaporkan bahwa kualitas kerabang telur tidak tergantung pada inklusi Ca yang lebih tinggi dalam pakan. Oleh karena itu, tidak hanya cukup untuk meningkatkan kadar Ca, tetapi juga meningkatkan ketersediaan dan penyerapan Ca di dalam saluran pencernaan. Arang bambu dikenal sebagai adsorben yang mengandung pori-pori kompleks dalam berbagai bentuk dan ukuran. Bahan ini telah digunakan sebagai antitoksin oral untuk menurunkan penyerapan racun di saluran pencernaan. Asam asetat adalah asam karboksilat sintetis dengan sifat antibakteri dan antijamur, dan juga dikenal sebagai komponen utama asam dalam cuka selain air. Penelitian sebelumnya pada ayam petelur yang berusia lanjut menunjukkan bahwa suplementasi cuka (vinegar) arang bambu menurunkan bakteri patogen, menstimulasi fungsi usus dan meningkatkan ketebalan kerabang telur. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengarus pemberian kombinasi aditif dari arang bambu dengan asam asetat terhadap morfologi usus, serta kualitas telur dan tulang pada ayam petelur.
Percobaan ini menggunakan ayam petelur strain Boris Brown berumur 320 hari dan secara acak dibagi menjadi lima perlakuan yang terdiri dari berbagai tingkat BCAA (kombinasi arang aktif dan asam asetat) pada taraf 0 (sebagai kontrol), 0.5, 1.0, 1.5%, dan BC (hanya mengandung arang aktif) pada taraf 1%. Setelah dibesarkan selama empat minggu, ayam petelur dipotong, kemudian telur, darah, usus, dan tulang dikumpulkan untuk melakukan pengukuran dan analisis lebih lanjut. Morfologi duodenum diperiksa dengan mengukur tinggi vili dan observasi permukaan vili dengan menggunakan SEM (scanning electron microscope). Kualitas telur dinilai dari berat telur, ketebalan kerabang telur, kekuatan kerabang telur, berat albumen, berat kuning telur, skor warna kuning telur, dan Haugh unit. Analisis serum darah untuk mengukur konsentrasi kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Kualitas tulang diukur dari kalsifikasi dengan menggunkan FT-IR dan kekerasan tulang dengan alat micro Vickers.
Tinggi Villus lebih baik pada ayam yang diberi 0.5% dan 1.0% BCAA (P<0.05). Sedangkan kelompok kontrol (0% tambahan) dan 1.0% BC tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Mengenai hasilnya, dimasukkannya asam asetat dalam arang bambu berkontribusi untuk mempromosikan meningknya tinggi villus pada duodenum ayam. Permukaan Villi pada ayam diberi makan dengan 0% BCAA menunjukkan tingkat perubahan morfologi terendah di antara kelompok perlakuan. Sementara kelompok yang diberi BCAA yang memiliki tinggi vili lebih besar juga menunjukkan perubahan morfologi yang lebih nyata (permukaan vili tampak lebih kasar dibanding kontrol).
Tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan antara kelompok-kelompok mengenai berat telur, berat kerabang telur, kekuatan kulit telur, berat albumen, berat kuning telur, dan HU. Ketebalan kulit telur secara signifikan meningkat pada kelompok 1.0% dan 1.5% BCAA (p<0.05). Ketebalan kerabang dalam kelompok 1.0% BC memiliki hasil yang sama dengan kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa asam asetat berkontribusi untuk meningkatkan ketebalan kulit telur. Perbedaan warna kuning telur juga ditemukan. Ketika 1.0% BCAA termasuk dalam diet, warna kuning telur meningkat secara signifikan (p<0.05). Oleh karena itu, penelitian ini menunjukkan 1.0% penambahan BCAA meningkatkan ketebalan kerabang dan warna kuning telur lebih baik daripada 1.0% BC dengan adanya asam asetat tambahan dalam BCAA.
Konsentrasi Ca pada serum darah tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, sedangkan konsentrasi Mg cenderung menurun pada kelompok yang ditambahkan aditif. Jumlah konsentrasi magnesium yang lebih rendah dalam serum darah dalam kelompok yang ditambahkan BCAA menunjukkan bahwa magnesium yang diserap, dimanfaatkan untuk pembentukan kerabang telur yang ditunjukkan dengan meningkatnya ketebalan kerabang telur dalam kelompok yang ditambahkan BCAA.
Analisis FT-IR menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam rasio mineral / matriks, kristalinitas, kematangan kolagen, dan rasio karbonat / fosfat di antara kelompok-kelompok. Kalsifikasi, kristalinitas, dan kematangan kolagen lebih tinggi pada kontrol dibandingkan kelompok BCAA dan BC. Sementara itu, rasio karbonat / fosfat lebih tinggi pada kelompok suplemen dengan 1,0% dan 1,5% BCAA dan 1,0% BC. Pengaruh suplementasi BCAA dan BC pada ayam petelur pada kekerasan tulang tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan kontrol.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa BCAA memberi pengaruh yang potensial dalam meningkatkan perkembangan vili dan fungsi usus, sehingga membantu peningkatan pencernaan zat gizi dan mengasimilasi lebih banyak nutrisi untuk meningkatkan ketebalan kulit telur. Suplementasi optimal BCAA adalah pada taraf 1%. Sementara itu, menambahkan 1% BC menunjukkan pengaruh yang lebih rendah dibandingkan 1% BCAA. Dengan demikian, BCAA adalah substansi alami yang dapat digunakan sebagai aditif pakan untuk meningkatkan kualitas produksi pada ayam petelur.
Collections
- MT - Animal Science [1148]