Efektivitas Vaksin Bakterial (Streptococcus agalactiae) dengan Penyalut Berbeda terhadap Peningkatan Kinerja Imunitas Ikan Nila (Oreochromis niloticus).
View/ Open
Date
2019Author
Reynalta, Ricko
Yuhana, Munti
Lusiastuti, Angela Mariana
Metadata
Show full item recordAbstract
Ikan nila merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang
produksinya terus meningkat, sehingga komoditas ini banyak dibudidayakan dalam
skala intensif. Permasalahan yang terjadi pada kondisi budidaya skala intensif, ikan
mudah stres dan berakibat mudah terinfeksi penyakit. Penyakit yang sering
menyerang ikan nila adalah Streptococcocis yang disebabkan oleh Streptococcus
agalactiae.
Vaksinasi adalah salah satu tindakan yang efektif untuk pencegahan
penyakit ikan. Hal ini dapat dilakukan melalui injeksi, yang sudah terbukti dapat
meningkatkan respons imun ikan. Peningkatan sistem imun melalui vaksinasi
memberikan proteksi terhadap serangan penyakit tertentu (imunitas spesifik).
Preparasi vaksin dilakukan dengan cara inaktivasi sel patogen S. agalactiae,
sehingga mampu menginduksi sistem imun akibat adanya zat asing yang masuk
dalam tubuh.
Vaksin umumnya berbentuk cair karena mudah dalam pembuatan dan
penggunaannya. Vaksin cair juga memiliki kelemahan, karena kurang praktis dan
mudah rusak selama penyimpanan dan transportasi. Oleh karena itu perlu dilakukan
preparasi vaksin bentuk keringbeku sebagai solusi dari permasalahan vaksin cair.
Dalam preparasinya, penyediaan vaksin S. agalactiae bentuk kering beku
menimbulkan permasalahan tersendiri karena performa produk yang lengket dan
tidak larut dalam air, sehingga dibutuhkan penyalut untuk melapisi vaksin sekaligus
melindungi vaksin sebelum dikeringbekukan. Penelitian ini mencoba membuat
vaksin bentuk keringbeku yang disalut dengan salah satu bahan biomaterial yakni
kitosan, susu skim, dan maltodekstrin dosis 1% atau 10% untuk diseleksi dua
perlakuan terbaik (in-vitro) yang selanjutnya diujicobakan ke ikan nila dan diuji
tantang S. agalactiae (in-vivo). Dari penelitian ini didapatkan penyalut vaksin
keringbeku yang terbaik dalam menstimulasi sifat - sifat imunitas ikan uji.
Tahap uji in-vitro terdiri atas enam perlakuan. Vaksin cair S. agalactiae
ditambahkan dengan salah satu bahan penyalut: kitosan, susu skim, dan
maltodekstrin dengan dosis masing-masing 1% atau 10% kemudian dilakukan
pengeringbekuan selama 3 hari dengan suhu di bawah -100 °C. Produk preparasi
vaksin keringbeku diseleksi secara deskriptif dengan parameter uji kelarutan,
viabilitas sel, konsentrasi protein, dan berat molekul protein.
Hasil uji kelarutan menunjukkan kondisi larut sempurna pada vaksin yang
disalut kitosan dan maltodekstrin pada dosis 1% dan 10%, sedangkan vaksin disalut
susu skim menunjukkan kondisi sedikit larut. Uji viabilitas sel, menunjukkan semua
perlakuan menghasilkan sel patogen yang inaktif / not viable cells dan aman untuk
dijadikan vaksin. Uji konsentrasi protein dan berat molekul protein menunjukkan
hanya perlakuan vaksin disalut kitosan dan susu skim yang mennghasilkan nilai,
berbeda dengan vaksin disalut maltodekstrin yang tidak menghasilkan nilai. Hasil
seleksi dua terbaik dari empat pengujian in vitro diperoleh vaksin yang disalut
kitosan 1% dan kitosan 10%. Kedua vaksin ini yang diujicobakan ke tahap in-vivo.
Tahapan uji in-vivo terdiri atas enam perlakuan dan tiga ulangan yaitu ikan
uji yang diinjeksi dengan: (G) Phosphat Buffered Saline (PBS), (H) vaksin cair, (I)
vaksin keringbeku disalut kitosan 1%, (J) vaksin keringbeku disalut kitosan 10%,
(K) kitosan 1% dan (L) kitosan 10% dan diuji tantang dengan bakteri S. agalactiae.
Pemeliharaan ikan dilakukan selama 42 hari dengan 21 hari vaksinasi, 21 hari uji
tantang, dan dilakukan sampling seminggu sekali. Pengamatan parameter tahap invivo
meliputi sintasan, relative percent survival (RPS), titer antibodi, total eritrosit,
total leukosit, dan respiratory burst (RB).
Sintasan tertinggi sampai akhir pemeliharaan ikan uji ditunjukkan pada
perlakuan I dengan nilai 92.22 ± 3.85% berbeda nyata (P < 0.05) dengan perlakuan
J (75.56 ± 8.39%), L (72.22 ± 5.09%), H (72.22 ± 6.94%), K (68.89 ± 8.39%), dan
G (46.67 ± 8.82%). Begitu juga dengan RPS, nilai tertinggi ditunjukkan pada
perlakuan I (85.21 ± 7.20%) berbeda nyata dengan perlakuan J (55.00 ± 8.58%), L
(48.01 ± 1.76%), H (46.74 ± 10.73%), dan K (42.28 ± 6.87%). Untuk
mengonfirmasi secara akurat sistem imun spesifik dilakukan pengukuran titer
antibodi. Hasil tertinggi pasca uji tantang ditunjukkan perlakuan I (vaksin
keringbeku disalut kitosan 1%), diikuti perlakuan J (vaksin keringbeku disalut
kitosan 10%), dan perlakuan H (vaksin cair S. agalactiae). Parameter total eritrosit,
total leukosit, dan respiratory burst tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
antara vaksin keringbeku berpenyalut dengan vaksin cair. Kisaran total eritrosit
selama pemeliharaan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan
dengan kisaran perlakuan G (1.23 - 1.89 x 106 sel mm-3), H (1.59 – 2.05 x 106 sel
mm-3), I (1.58 – 1.87 x 106 sel mm-3), J (1.40 – 1.94 x 106 sel mm-3), K (1.12 – 2.06
x 106 sel mm-3), dan L (1.35 – 1.91 x 106 sel mm-3). Kisaran total leukosit selama
pemeliharaan pada perlakuan G (1.45 – 2.79 x 105 sel mm-3), H (2.17 – 3.48 x 105
sel mm-3), I (1.93 – 3.59 x 105 sel mm-3), J (2.51 – 3.61 x 105 sel mm-3), K (1.46 –
3.46 x 105 sel mm-3), dan L (1.77 – 3.97 x 105 sel mm-3). Kisaran nilai respiratory
burst selama pemeliharaan perlakuan G (0.112 – 0.309 OD), H (0.122 – 0.309 OD),
I (0.131 – 0.309 OD), J (0.096 – 0.309 OD), K (0.122 – 0.495 OD), dan L (0.100 –
0.361 OD). Dengan demikian, perlakuan I (vaksin keringbeku S. agalactiae yang
disalut kitosan 1%) mampu meningkatkan sintasan dan menstimulasi sifat – sifat
imunitas lebih baik dibanding perlakuan lainnya yang ditunjukkan dengan nilai titer
antibodi tertinggi saat uji tantang.
Collections
- MT - Fisheries [3011]