Show simple item record

dc.contributor.advisorRukmiasih
dc.contributor.advisorSuryati, Tuti
dc.contributor.authorSinabang, Maria Kristina
dc.date.accessioned2019-04-29T01:21:22Z
dc.date.available2019-04-29T01:21:22Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/97129
dc.description.abstractItik Cihateup adalah salah satu unggas lokal dari Jawa Barat. Itik Cihateup memiliki potensi sebagai penghasil daging tetapi kekurangannya yaitu sebagian konsumen tidak menyukainya karena memiliki bau tengik (off-odor). Studi sebelumnya menunjukkan bahwa bau tersebut terbentuk akibat asam lemak teroksidasi. Daging yang mengandung lemak yang tinggi dapat meningkatkan potensi terjadinya oksidasi lemak. Lemak menghasilkan senyawa-senyawa volatil yang memberikan sensasi flavor dengan karakteristik yang berbeda dari setiap spesies ternak. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi umur mulai terdeteksi off-odor agar pemberian antioksidan dapat lebih efisien dan ekonomis pada budidaya itik Cihateup. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan umur pemotongan yang berbeda yaitu 4, 8 dan, 12 minggu. Setiap perlakuan terdiri atas 6 ulangan. Setiap ulangan terdiri atas 13 ekor dan total itik yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 234 ekor. Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap, yaitu: tahap ke-1 meliputi pemeliharaan dan pemotongan, tahap ke- 2 meliputi penyiapan sampel daging paha beserta kulit, analisis kimia daging dan sensori. Peubah yang diukur adalah performa itik, karkas dan bagian karkas berdaging, kandungan gizi daging itik, kadar Fe, warna daging, komposisi asam lemak daging itik, kadar malondialdehida (MDA) dan uji mutu hedonik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rataan konsumsi pakan itik per ekor yang dipotong pada umur 4, 8 dan 12 minggu masing-masing sebesar 625.31±0.91 g ekor-1 ; 816.19±1.46 g ekor-1; dan 993.69±0.61 g ekor-1. Bobot badan itik Cihateup umur 4, 8 dan 12 minggu masing-masing sebesar 483.92±9.31 g ekor-1; 1137.95±13.03 g ekor-1; dan 1554.64±11.35 g ekor-1. Bobot dan persentase karkas itik umur 4, 8 dan 12 minggu berturut-turut sebesar 247.25±7.70 g ekor-1 (51.18±0.75%); 640.24±11.03 g ekor-1 (56.24±1.19%); dan 909.00±19.65 g ekor-1 (58.49±1.14%). Bobot dada dan persentase dada terhadap bobot hidup yang dipotong pada umur 4, 8 dan 12 minggu masing-masing sebesar 72.41±1.74 g ekor- 1 (14.88±0.27%); 180.89±3.20 g ekor-1 (15.94±0.30%); 286.41 g ekor-1 (18.42±0.32%). Bobot paha dan persentase paha terhadap bobot hidup yang dipotong pada umur 4, 8 dan 12 minggu masing-masing sebesar 93.45±3.50 g ekor- 1 (19.32±0.55%); 181.12±6.49 g ekor-1 (15.93±0.58%); 249.87±8.51 g ekor-1 (16.08±0.58%). Bobot daging dada dan persentase daging dada terhadap bobot hidup yang dipotong pada umur 4, 8 dan 12 minggu sebesar 9.72±0.74 g ekor-1 (2.00±0.18%); 78.16±1.48 g ekor-1 (6.89±0.15%); 166.44±0.98 g ekor-1 (10.71±0.06%). Bobot daging dada dengan kulit dan persentase daging dada dengan kulit terhadap bobot hidup yang dipotong pada umur 4, 8 dan 12 minggu masingmasing sebesar 46.05±1.90 g ekor-1 (9.47±0.18%); 134.87±2.96 g ekor-1 (11.99±0.26%); 231.69±1.69 g ekor-1 (14.90±0.17%). Bobot daging paha dengan kulit dan persentase daging paha dengan kulit terhadap bobot hidup yang dipotong pada umur 4, 8 dan 12 minggu masing-masing sebesar 70.60±3.85 g ekor-1 (14.58±0.68%); 143.89±6.57 g ekor-1 (12.65±0.57%); 208.73±7.97 g ekor-1 (13.44±0.55%). Bobot kulit dada dan persentase kulit dada terhadap bobot hidup yang dipotong pada umur 4, 8 dan 12 minggu masing-masing sebesar 36.33±2.08 g ekor-1 (7.46±0.23%); 56.72±1.96 g ekor-1 (4.99±0.16%); 65.25±1.42 g ekor-1 (4.20±0.12%). Bobot tulang dada dan persentase tulang dada terhadap bobot hidup yang dipotong pada umur 4, 8 dan 12 minggu masing-masing sebesar 26.36±0.28 g ekor-1 ( 5.41±0.22%) ; 46.02±0.32 g ekor-1 ( 4.05±0.06%); 54.72±0.45 g ekor-1 ( 3.52±0.06%). Bobot tulang paha dan persentase tulang paha terhadap bobot hidup yang dipotong pada umur 4, 8 dan 12 minggu masing-masing sebesar 22.85±1.62 g ekor-1 (4.74±0.32%) ; 37.23±1.84 g ekor-1 (3.27±0.18%); 41.13±1.24 g ekor-1 (2.65±0.07%). Penelitian ini menunjukkan bahwa umur pemotongan berpengaruh terhadap kadar lemak, kadar Fe, warna daging, komposisi asam lemak dan kadar MDA (P<0,05). Kadar lemak daging dengan kulit itik yang dipotong umur 12 minggu lebih tinggi dibandingkan umur potong 4 dan 8 minggu, sedangkan umur potong 4 dan 8 minggu mempunyai kadar lemak yang sama. Daging yang mengandung lemak yang tinggi cenderung menyebabkan oksidasi lemak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar Fe daging itik Cihateup umur potong 12 minggu lebih tinggi dibandingkan umur 4 dan 8 minggu. Nilai kecerahan (L) berbanding terbalik dengan nilai a (warna merah) daging itik Cihateup. Nilai L umur potong minggu 12 lebih rendah dibandingkan umur 4 dan 8 minggu. Sebaliknya, nilai a umur potong 12 minggu lebih tinggi dibandingkan umur 4 dan 8 minggu. Kecerahan daging yang lebih gelap menyebabkan warna daging lebih merah. Warna merah pada daging disebabkan karena kadar mioglobin semakin tinggi pada daging itik. Itik pada umur pemotongan 4 dan12 minggu memiliki persentase asam lemak tidak jenuh ganda (ALTJG) lebih rendah daripada umur 8 minggu. Kandungan lemak yang tinggi, terutama asam-asam lemak tidak jenuh memberikan kecenderungan pada daging itik untuk menghasilkan off-odor. Perubahan persentase asam lemak tersebut menunjukkan bahwa asam lemak tidak terlindungi dari oksidasi. Kadar MDA yang tinggi pada umur potong 12 minggu merupakan hasil oksidasi lemak yang menyebabkan daging itik Cihateup berbau tengik. Persentase panelis yang menyatakan bau tengik pada daging itik mentah dengan skor 1 (tidak bau tengik) pada umur potong 12 minggu lebih rendah dibandingkan umur potong 4 dan 8 minggu, begitu pula umur potong 8 minggu lebih rendah dibandingkan umur potong 4 minggu. Persentase panelis yang menyatakan bau tengik pada daging itik mentah dengan skor 2 (agak bau tengik) pada umur potong 12 minggu lebih tinggi dibandingkan umur potong 4 dan 8 minggu, begitu pula umur potong 8 minggu lebih tinggi dibandingkan umur potong 4 minggu. Beberapa panelis juga sudah menyatakan daging berada pada skor 3 (bau tengik) dan 4 (sangat bau tengik). Persentase panelis yang menyatakan bau amis pada daging itik mentah dengan skor 1 (tidak bau amis) pada umur potong 12 minggu lebih rendah dibandingkan umur potong 4 dan 8 minggu, begitu pula umur potong 8 minggu lebih rendah dibandingkan umur potong 4 minggu. Persentase panelis yang menyatakan bau amis pada daging itik mentah dengan skor 2 (agak bau amis) pada umur potong 8 dan 12 minggu lebih tinggi dibandingkan umur potong 4 minggu sedangkan umur potong 4 dan 8 minggu mempunyai persentase yang sama. Beberapa panelis juga sudah menyatakan daging berada pada skor 3 (bau amis) dan 4 (sangat bau amis). Persentase panelis yang menyatakan bau tengik pada daging itik matang dengan skor 1 (tidak bau tengik) pada umur potong 12 minggu lebih tinggi dibandingkan umur potong 8 minggu dan lebih rendah dibandingkan umur potong 4 minggu. Persentase panelis yang menyatakan bau tengik pada daging itik matang dengan skor 2 (agak bau tengik) dan 3 (bau tengik) pada umur potong 12 minggu lebih tinggi dibandingkan umur potong 4 dan 8 minggu, begitupula umur potong 8 minggu lebih tinggi dibandingkan umur potong 4 minggu. Beberapa panelis juga sudah menyatakan daging berada pada skor 4 (sangat bau tengik). Persentase panelis yang menyatakan bau amis pada daging itik matang dengan skor 1 (tidak bau amis) pada umur potong 12 minggu lebih rendah dibandingkan umur potong 4 dan 8 minggu, sebaliknya umur potong 8 dan 4 mempunyai persentase yang sama. Persentase panelis yang menyatakan bau amis pada daging itik matang dengan skor 2 (agak bau amis) pada umur potong 12 minggu lebih rendah dibandingkan umur potong 4 dan 8 minggu, begitupula umur potong 8 minggu lebih rendah dibandingkan umur potong 4 minggu. Persentase panelis yang menyatakan bau amis pada daging itik matang dengan skor 3 (bau amis) pada umur potong 12 minggu lebih tinggi dibandingkan umur potong 4 dan 8 minggu, begitupula umur potong 8 minggu lebih tinggi dibandingkan umur potong 4 minggu. Beberapa panelis juga sudah menyatakan daging berada pada skor 4 (sangat bau amis). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan tingginya kadar lemak, kadar Fe, dan warna merah daging serta rendahnya asam lemak tidak jenuh ganda (ALTJG) memicu terjadinya reaksi oksidasi lemak yang menghasilan kadar MDA lebih tinggi sehingga menghasilkan off-odor yang tajam pada itik Cihateup umur 12 minggu. Antioksidan dapat diberikan pada umur 8 minggu untuk menurunkan resiko terjadinya oksidasi lemak dan kadar MDA daging itik Cihateup.id
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcAnimal Productionid
dc.subject.ddcDuck Meatid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.titleProduksi off-odor Daging Itik Cihateup pada Umur Pemotongan Berbedaid
dc.typeThesisid
dc.subject.keyworditik lokalid
dc.subject.keywordmalondialdehidaid
dc.subject.keywordoff-odorid
dc.subject.keywordoksidasi lemakid
dc.subject.keywordumur pemotonganid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record