Pengendalian Penangkapan Ikan Baronang untuk Mengoptimumkan Peran Lamun sebagai Blue Carbon Sink
View/ Open
Date
2019Author
Anggriyani, Neng Anggrum Berliana
Sondita, Muhammad Fedi Alfiadi
Taurusman, Am Azbas
Metadata
Show full item recordAbstract
Ancaman penurunan luasan dan kelimpahan lamun dipengaruhi oleh faktor
aktivitas manusia dan faktor alami, salah satu diantaranya adalah grazing oleh
herbivora. Ikan baronang atau Siganidae merupakan salah satu herbivora yang
memanfaatkan lamun sebagai makanannya. Mempertimbangkan pengaruh ikan
baronang terhadap kelimpahan lamun, keberlanjutan perikanan baronang dan
ekosistem lamun, maka peneliti melakukan kajian dinamika keseimbangan
ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi status ekosistem lamun di
lokasi studi, serta mengestimasi laju grazing oleh ikan baronang terhadap lamun.
Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini menghasilkan konsep pengendalian
penangkapan ikan baronang untuk mengoptimumkan peran lamun sebagai blue
carbon sink. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan di lapang dengan
metode seagrass watch dan pengamatan di laboratorium berupa pengamatan
kandungan C-organik pada lamun dan kandungan lamun dalam lambung ikan
baronang. Kelimpahan lamun di Pulau Pramuka adalah 137 ind/m2 (stasiun A) dan
362 ind/m2 (stasiun B), dengan biomassa berturut-turut adalah 77,08 gbk/m2 dan
63,67 gbk/m2. Kelimpahan ikan baronang di Pulau Pramuka adalah 0,189 ind/m2.
Laju grazing ikan baronang terhadap lamun sekitar 0,20 gbk/ind/hari untuk ikan
muda (juvenil) dan 0,51 gbk/ind/hari untuk ikan dewasa. Penangkapan ikan
baronang di padang lamun Pulau Pramuka tidak mengancam peran lamun sebagai
blue carbon sink karena kelimpahan ikan di alam belum melebihi batas optimum
kelimpahannya. Keberlanjutan perikanan baronang dan ekosistem lamun dicapai
jika jumlah ikan baronang alam dibatasi sampai nilai optimumnya kelimpahan ikan,
yakni kisaran nilai maksimal kelimpahan ikan adalah 1 – 3 ind/m2 di stasiun A dan
stasiun B adalah 3 – 8 ind/m2. Jika mempertimbangkan pergerakan atau mobilitas
ikan baronang antar stasiun, maka kisaran nilai maksimumnya di Pulau Pramuka
sekita 4 – 11 ind/m2. Intensitas penangkapan ikan baronang di Pulau Pramuka
dikendalikan berdasarkan nilai-nilai kelimpahan tersebut untuk mempertahankan
fungsi padang lamun dalam proses blue carbon sink di lokasi ini.