Karakteristik Truss Morfometrik, Genotipe dan Reproduksi Tiga Spesies Ikan Potensial Budidaya dalam Genus Tor untuk Pemuliaan Genetik
View/ Open
Date
2018Author
Cahyanti, Wahyulia
Soelistyowati, Dinar Tri
Carman, Odang
Kristanto, Anang Hari
Metadata
Show full item recordAbstract
Tor merupakan ikan asli Indonesia yang memiliki nilai sosial, ekonomi dan
religi khususnya di Jawa dan Sumatra. Domestikasi menuju pengembangan
budidaya ikan genus Tor yang berkelanjutan penting dilakukan untuk mitigasi
penurunan populasi di alam dan upaya pelestarian plasma nutfah potensial melalui
penangkaran selektif. Dalam hal ini, diperlukan kajian menyeluruh terkait dengan
potensinya yang meliputi keragaan genotipe, fenotipe serta aspek reproduksinya
sebagai dasar pengelolaan sumber plasma nutfah dan penangkaran selektif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keragaman genotipe, fenotipe dan
morfometrik serta reproduksi tiga spesies ikan genus Tor untuk pemuliaan sumber
genetik Tor melalui seleksi dan persilangan.
Ikan yang digunakan adalah tiga spesies Tor (Tor douronensis, Tor soro, dan
Tor tambroides) koleksi hasil domestikasi milik Instalasi Riset Plasma Nutfah
Perikanan Air Tawar Cijeruk, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan
Penyuluhan Perikanan (BRPBATPP) Bogor. Masing-masing spesies terdiri dari
sepuluh sampel spesimen sirip untuk analisis RAPD (Random Amplified
Polymorphism DNA) dan 15 sampel ikan untuk analisis truss morfometrik.
Ekstraksi DNA dilakukan dengan menggunakan “Tianamp Marine Animal DNA
Kit” dan dilanjutkan dengan proses PCR menggunakan primer OPA 08, OPA 09
dan OPA 11. Karakteristik truss morfometrik meliputi 21 karakter, sedangkan
kinerja reproduksi meliputi keragaan pemijahan buatan dalam wadah terkontrol
secara berpasangan (yang terdiri dari lima pasang) setiap spesies dengan rasio
betina dan jantan adalah 1 : 1. Telur diinkubasi pada akuarium berukuran 40x30x20
cm3 sebanyak 500 butir masing-masing akuarium dengan ulangan tiga kali setiap
spesies. Parameter yang diamati meliputi fekunditas yang dihitung berdasarkan
metode gravimetrik, derajat pembuahan, derajat penetasan, waktu inkubasi, durasi
penyerapan yolk sack, pertumbuhan mutlak, abnormalitas larva, dan sintasan larva.
Ikan dipelihara dalam akuarium berukuran 40x30x20 cm3 dengan ketinggian air 15
cm dan menggunakan sistem resirkulasi dengan aerasi sedang. Setiap akuarium
diisi larva ikan Tor sebanyak 250 ekor. Pakan yang digunakan adalah naupli
Artemia untuk larva sejak 8-10 hari setelah menetas sampai dengan umur 17 hari.
Benih berumur 18 hari dipelihara sampai dengan 60 hari, diberi pakan buatan
berbentuk serbuk dengan kandungan protein 40%. Pemberian pakan dilakukan
secara at-satiation dengan frekuensi tiga kali sehari (pagi, siang, sore). Kematian
ikan diamati setiap hari, sedangkan panjang total dan bobot individual diukur setiap
sepuluh hari. Pada pemeliharaan larva juga dilakukan pengamatan SAI (survival
activity index), yaitu sebanyak 25 ekor larva pasca tetas (habis kuning telur) setiap
spesies dipelihara sekitar 20 hari pada akuarium berukuran 20x20x20 cm3, dengan
tiga kali ulangan, tanpa pakan dan tanpa aerasi, kemudian diamati lama larva
bertahan sampai keseluruhan larva mati.
Hasil analisis RAPD tiga spesies ikan Tor menunjukkan jumlah fragmen yang
teramplifikasi berkisar 10-17 fragmen dengan ukuran 320-3500 bp dengan tingkat
polimorfisme 36.36%, heterozigositas 0.1442-0.1574, dan koefisien keragaman
yang berbeda antar spesies yaitu pada Tor douronensis 0.029-0.461%, Tor soro
0.023-0.128% dan Tor tambroides 0.019-0.164%. Berdasarkan analisis truss
morfometrik, terdapat tiga perbedaan karakter spesifik ikan Tor yaitu pada B5 (awal
sirip dorsal - awal sirip anal), D3 (akhir sirip anal - awal sirip ekor atas) dan D4
(akhir sirip anal - awal sirip ekor bawah). Hasil analisis kanonikal truss
morfometrik memperlihatkan bahwa Tor douronensis memiliki kemiripan yang
lebih dekat dengan Tor soro dibandingkan dengan Tor tambroides. Hasil analisis
sharing component intraspesifik menunjukkan bahwa Tor soro memiliki tingkat
keragaman yang tertinggi (93.9%) dibandingkan dengan Tor tambroides (73.3%)
dan Tor douronensis (60.0%). Secara interspesifik antara Tor douronensis dengan
Tor tambroides menunjukkan inklusivitas yang paling tinggi (20.0-26.7%)
dibandingkan Tor soro dengan Tor tambroides (6.7%) dan antara Tor douronensis
dengan Tor soro (0-13.3%).
Keragaan kinerja reproduksi dan larva Tor douronensis, Tor soro, dan Tor
tambroides menunjukkan fekunditas tertinggi ada di Tor douronensis
(4987.80±17.25 butir Kg-1) sehingga kemungkinan menghasilkan banyak larva
tetapi memiliki tingkat kelangsungan hidup terendah (64.27±1.22%) dengan
kelainan larva tertinggi (8.40±1.83%). Tor tambroides fekunditasnya paling rendah
(1061.19±35.18 butir Kg-1), namun tingkat kelangsungan hidupnya paling baik dan
abnormalitasnya paling rendah (81.87±1.22% dan 2.93±0.31%). Spesies ikan yang
memiliki fekunditas tinggi (4987.80±17.25 butir Kg-1), tingkat kelangsungan hidup
yang tinggi (96.40±1.44%) dan kelainan yang rendah (2.47±0.12%) adalah Tor
soro.
Collections
- MT - Fisheries [3011]