Show simple item record

dc.contributor.advisorSumantri, Cece
dc.contributor.advisorSaid, Syahruddin
dc.contributor.authorArifin, Dani Nur
dc.date.accessioned2019-02-11T02:34:14Z
dc.date.available2019-02-11T02:34:14Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/96850
dc.description.abstractSapi Pasundan hidup tersebar di sepanjang Pantai Selatan Jawa Barat dan area buffer zone hutan lindung di wilayah Priangan Utara (Arifin et al. 2015). Pada 2013, populasi sapi Pasundan mencapai sekitar 50.000 ekor (Dwitresnadi et al. 2015). Pada tahun 2015, populasi mengalami penurunan 20.96% yang paling umum terjadi di area buffer zone yang disebabkan oleh harga jual yang tinggi dan alih fungsi lahan. Dampak penurunan populasi secara tidak langsung dapat mengakibatkan degradasi genetik seperti penurunan kualitas genetik, populasi efektif, peningkatan inbreeding, dan degradasi kemurnian (BP3IPTEK 2016). Konservasi sapi Pasundan penting dilakukan untuk mengatasi ancaman kepunahannya yang disebabkan oleh pembatasan daerah basis populasinya (Arifin et al. 2015). Sifat reproduksi berperan penting dalam meningkatkan populasi ternak. Potensi reproduksi sapi Pasundan perlu dikaji lebih mendalam melalui pendekatan molekuler yang merupakan metode modern dalam memilih bibit unggul. Menurut Huhtaniemi (2002) salah satu pendekatan dalam meningkatkan informasi genetik adalah dengan mengidentifikasi marka genetik yang memiliki efek langsung pada aspek tertentu dari fertilitas seperti luteinizing hormone receptor (LH). Gen ini mempengaruhi sistem endokrin yang memainkan peran utama dalam mengontrol fungsi reproduksi yang diatur melalui hipotalamus hipofisis-gonad. Mutasi pada gen LHR, mempengaruhi regulasi hormon gonadotropin yang berpotensi terkait dengan fenotipe reproduksi seperti pubertas dini dan calving interval (Milazzotto et al. 2008). Tiga puluh tujuh ekor sapi Pasundan yang memiliki catatan IB digunakan dalam penelitian ini. Gen LHR pada ekson 11 berhasil diamplifikasi dan kemudian dianalisis dengan metode sekuensing. Hasil sekuensing menghasilkan sekuens dengan panjang 303 bp dan bersifat polimorfik. Keragaman berada pada SNP g.1337C>T dan ditemukan tiga genotipe CC, CT, dan TT. Frekuensi alel T (0.527) menunjukkan lebih tinggi dari alel C (0.473). Uji chi square menunjukkan bahwa sapi Pasundan berada dalam keseimbangan Hardy-Weinberg (HWE). Nilai heterozigositas Ho (0.513) menunjukkan bahwa nilai heterozigositas gen LHR tinggi. Catatan reproduksi menunjukkan bahwa service per conception adalah 1.39±0.73, days open adalah 155.54±80.35 hari, calving interval adalah 455.35±75.11 hari, dan lama kebuntingan 284.66±7.08 hari. Disimpulkan bahwa keragaman genetik populasi sapi Pasundan memiliki variasi yang tinggi dan berada dalam keseimbangan HWE. Dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan awal dalam melanjutkan program seleksi untuk peningkatan kualitas genetik pada sifat reproduksi sapi Pasundan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcAnimal Productionid
dc.subject.ddcCattleid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcBogor Jawa Baratid
dc.titlePolimorfisme Gen Luteinizing Hormone Receptor dan Evaluasi Sifat Reproduksi pada Sapi Pasundanid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordsapi pasundanid
dc.subject.keywordluteinizing hormone receptorid
dc.subject.keywordreproduksiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record