Show simple item record

dc.contributor.advisorTanziha, Ikeu
dc.contributor.advisorMartianto, Drajat
dc.contributor.authorIslami, Diajeng Rochma
dc.date.accessioned2019-01-16T11:42:39Z
dc.date.available2019-01-16T11:42:39Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/95650
dc.description.abstractPenyakit Tidak Menular (PTM) masih menjadi masalah yang serius baik di dunia maupun di Indonesia. Salah satu faktor risiko penyakit kardiovasular adalah hipertensi yang masih banyak terjadi pada wanita di perdesaan. Hal ini menjadi perhatian tersendiri, karena kemiskinan (sebagian besar terjadi pada masyarakat perdesaan) dengan risiko akses makanan yang terbatas ternyata mempunyai risiko hipertensi. Dimensi kemiskinan merupakan gambaran akses terhadap pangan pada individu menjadi terbatas. Terdapat hubungan antara paparan kronis dari stres psikososial yang berkontribusi terhadap perkembangan hipertensi. Di sela perkembangan tersebut, individu mulai mengubah keragaman dan kualitas diet yang dikonsumsi. Berdasarkan hal tersebut, maka analisis status kerawanan pangan melalui kualitas diet dan mental emosional menjadi perhatian tersendiri untuk dibahas. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis status kerawanan pangan dan kualitas diet pada wanita hipertensi di perdesaan. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan subjek 143 wanita (71 normal dan 72 hipertensi) di desa Pondokbungur, Kabupaten Purwakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2017. Responden tergabung dalam penelitian induk berjudul “Healthy Diet Indicator, Diet Lemak dan Garam, Profil Lipid, dan Risiko Hipertensi pada Wanita Sunda dan Minangkabau di Daerah Perdesaan” yang mendapatkan bantuan dana hibah oleh Neys-van Hoogstraten Foundation (NHF). Kriteria inklusi berupa subjek merupakan wanita dewasa hipertensi dan normal yang juga ikut serta dalam induk penelitian, berusia 35-55 tahun, asli atau sudah lama tinggal di daerah penelitian, untuk hipertensi dalam kategori ≥140/90 mmHg dalam dua kali pengukuran, dan bersedia menjadi responden wawancara sekaligus melakukan pemeriksaan kesehatan. Variabel independen adalah kualitas diet berdasarkan DASH like diet, status gangguan mental emosional, dan status rawan pangan sedangkan variabel dependen adalah status hipertensi. Pengukuran hipertensi sebagai skrining di lapangan menggunakan automatic blood pressure monitor dari Omron. Pengumpulan data diet pangan akan menggunakan bantuan Buku Foto Makanan yang digunakan oleh Survei Diet Total Kementerian Kesehatan tahun 2014. Kualitas diet diperoleh dengan metode multiple recall 2x24 jam, sedangkan gangguan mental emosional menggunakan kuesioner SRQ yang dikembangkan oleh WHO (1994). Status rawan pangan dengan pembentukan dummy variabel dari kuesioner FIES yang dikembangkan oleh FAO (2015). Analisis data menggunakan uji Chi-Square, Chi-Square multi table, Regresi Logistik dan uji beda Mann-Whitney. Analisis data dan pengolahan lainnya menggunakan perangkat program computer Microsoft Excel 2010, Software R, dan Software Statistical Program For Social Science (SPPS) versi 16. Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan antara kerawanan pangan tingkat berat dengan status hipertensi (p=0.044, p<0.05). Hal ini memberikan arti bahwa responden yang merasakan kesulitan dalam akses terhadap pangan tingkat berat v (severe) lebih beresiko mengalami hipertensi sebanyak 4.138 kali lipat dibandingkan orang yang tidak kesulitan akses pangan. Analisis hubungan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara status kerawanan pangan dengan status kualitas diet berdasarkan DASH Like Diet (p>0.05). Begitu pula tidak ada hubungan antara status kualitas diet dengan hipertensi pada populasi penelitian. Hubungan antara rawan pangan, gangguan mental emosional dan hipertensi juga kemudian dianalisis. Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan antara kelompok rawan pangan tingkat sedang dengan status mental emosional (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa responden yang mengalami kesulitan akses pangan tingkat sedang memiliki resiko 4.435 kali untuk memiliki gangguan mental emosional dibandingkan mereka yang tidak merasakan kesulitan akses pangan tingkat sedang. Hal ini diduga karena adanya proses adaptasi atau resistensi pada kelompok tingkat rawan pangan berat, namun dalam masa alarm reaction pada kelompok rawan pangan tingkat sedang. Berdasarkan penelusuran lebih lanjut, diketahui bahwa responden yang mengalami hipertensi telah melakukan perubahan pola makan, sehingga tidak adanya perbedaan asupan zat gizi terjadi karena adanya perubahan pola hidup yang telah dilakukan oleh responden yang menderita hipertensi, yang mana beberapa diantaranya berkaitan dengan perubahan diet. Perubahan gaya hidup yang dilakukan di antaranya berupa mencari informasi mengenai hipertensi, mengonsumsi obat anti hipertensi, lebih rutin berolahraga, menurunkan berat badan dengan mengurangi makan, mengurangi rokok, mengurangi ikan asin, mengurangi garam, dan mengurangi vetsin. Pola makan di perdesaan ditandai dengan tidak adanya perbedaan asupan zat gizi juga diduga karena adanya perubahan urbanisasi pola hidup sehingga pola makan cenderung mulai homogen. Selain itu, kelemahan penelitian ini intake asupan natrium hanya berasal dari makanan, belum merupakan garam tambahan seperti penggunaan garam meja. Pada penelitian ini, umur dapat menjadi variabel pencetus terjadinya hipertensi karena berbeda signifikan terhadap kejadian hipertensi antar kelompok normal dan hipertensi (p=0.001 p<0.05). Berdasarkan temuan pada penelitian di atas, maka perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk mengetahui aspek akses pangan yang memengaruhi terjadinya kerawanan pangan pada wanita diperdesaan yang akhirnya berhubungan dengan hipertensi. Perhatian terhadap kriteria responden telah melakukan perubahan diet atau belum dan juga menggunakan alat ukut kesehatan mental yang lain agar bisa dilakukan perbandingan. Selain itu, pengukuran terhadap asupan natrium pada garam tambahan seperti garam meja, kecap, dan bumbu lainnya juga perlu diperhatikan. Desain penelitian kohort atau case control terhadap hubungan rawan pangan dengan hipertensi dapat menjadi perhatian untuk penelitian selanjutnya. Pengembangan variabel yang lebih luas juga bisa menjadi perhatian pada penelitian selanjutnya mengingat dimensi kerawanan pangan yang sangat luas, tidak hanya aksesibilitas, namun juga terdapat dimensi ketersediaan, utilitas, dan stabilitas.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcNutrition Sciencesid
dc.subject.ddcDiet Qualityid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcPurwakarta, Jawa Baratid
dc.titleAnalisis Status Kerawanan Pangan dan Kualitas Diet Pada Wanita Hipertensi di Perdesaanid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordDASHid
dc.subject.keywordgangguan mental emosionalid
dc.subject.keywordhipertensiid
dc.subject.keywordkualitas dietid
dc.subject.keywordrawan panganid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record