Analisis Status Kerawanan Pangan dan Kualitas Diet Pada Wanita Hipertensi di Perdesaan
View/ Open
Date
2018Author
Islami, Diajeng Rochma
Tanziha, Ikeu
Martianto, Drajat
Metadata
Show full item recordAbstract
Penyakit Tidak Menular (PTM) masih menjadi masalah yang serius baik
di dunia maupun di Indonesia. Salah satu faktor risiko penyakit kardiovasular
adalah hipertensi yang masih banyak terjadi pada wanita di perdesaan. Hal ini
menjadi perhatian tersendiri, karena kemiskinan (sebagian besar terjadi pada
masyarakat perdesaan) dengan risiko akses makanan yang terbatas ternyata
mempunyai risiko hipertensi. Dimensi kemiskinan merupakan gambaran akses
terhadap pangan pada individu menjadi terbatas. Terdapat hubungan antara
paparan kronis dari stres psikososial yang berkontribusi terhadap perkembangan
hipertensi. Di sela perkembangan tersebut, individu mulai mengubah keragaman
dan kualitas diet yang dikonsumsi. Berdasarkan hal tersebut, maka analisis status
kerawanan pangan melalui kualitas diet dan mental emosional menjadi perhatian
tersendiri untuk dibahas. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis status
kerawanan pangan dan kualitas diet pada wanita hipertensi di perdesaan.
Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan subjek 143
wanita (71 normal dan 72 hipertensi) di desa Pondokbungur, Kabupaten
Purwakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2017. Responden
tergabung dalam penelitian induk berjudul “Healthy Diet Indicator, Diet Lemak
dan Garam, Profil Lipid, dan Risiko Hipertensi pada Wanita Sunda dan
Minangkabau di Daerah Perdesaan” yang mendapatkan bantuan dana hibah oleh
Neys-van Hoogstraten Foundation (NHF). Kriteria inklusi berupa subjek
merupakan wanita dewasa hipertensi dan normal yang juga ikut serta dalam induk
penelitian, berusia 35-55 tahun, asli atau sudah lama tinggal di daerah penelitian,
untuk hipertensi dalam kategori ≥140/90 mmHg dalam dua kali pengukuran, dan
bersedia menjadi responden wawancara sekaligus melakukan pemeriksaan
kesehatan.
Variabel independen adalah kualitas diet berdasarkan DASH like diet,
status gangguan mental emosional, dan status rawan pangan sedangkan variabel
dependen adalah status hipertensi. Pengukuran hipertensi sebagai skrining di
lapangan menggunakan automatic blood pressure monitor dari Omron.
Pengumpulan data diet pangan akan menggunakan bantuan Buku Foto Makanan
yang digunakan oleh Survei Diet Total Kementerian Kesehatan tahun 2014.
Kualitas diet diperoleh dengan metode multiple recall 2x24 jam, sedangkan
gangguan mental emosional menggunakan kuesioner SRQ yang dikembangkan
oleh WHO (1994). Status rawan pangan dengan pembentukan dummy variabel
dari kuesioner FIES yang dikembangkan oleh FAO (2015). Analisis data
menggunakan uji Chi-Square, Chi-Square multi table, Regresi Logistik dan uji
beda Mann-Whitney. Analisis data dan pengolahan lainnya menggunakan
perangkat program computer Microsoft Excel 2010, Software R, dan Software
Statistical Program For Social Science (SPPS) versi 16.
Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan antara kerawanan pangan tingkat
berat dengan status hipertensi (p=0.044, p<0.05). Hal ini memberikan arti bahwa
responden yang merasakan kesulitan dalam akses terhadap pangan tingkat berat
v
(severe) lebih beresiko mengalami hipertensi sebanyak 4.138 kali lipat
dibandingkan orang yang tidak kesulitan akses pangan.
Analisis hubungan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara status
kerawanan pangan dengan status kualitas diet berdasarkan DASH Like Diet
(p>0.05). Begitu pula tidak ada hubungan antara status kualitas diet dengan
hipertensi pada populasi penelitian. Hubungan antara rawan pangan, gangguan
mental emosional dan hipertensi juga kemudian dianalisis. Hasil menunjukkan
bahwa ada hubungan antara kelompok rawan pangan tingkat sedang dengan status
mental emosional (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa responden yang
mengalami kesulitan akses pangan tingkat sedang memiliki resiko 4.435 kali
untuk memiliki gangguan mental emosional dibandingkan mereka yang tidak
merasakan kesulitan akses pangan tingkat sedang. Hal ini diduga karena adanya
proses adaptasi atau resistensi pada kelompok tingkat rawan pangan berat, namun
dalam masa alarm reaction pada kelompok rawan pangan tingkat sedang.
Berdasarkan penelusuran lebih lanjut, diketahui bahwa responden yang
mengalami hipertensi telah melakukan perubahan pola makan, sehingga tidak
adanya perbedaan asupan zat gizi terjadi karena adanya perubahan pola hidup
yang telah dilakukan oleh responden yang menderita hipertensi, yang mana
beberapa diantaranya berkaitan dengan perubahan diet. Perubahan gaya hidup
yang dilakukan di antaranya berupa mencari informasi mengenai hipertensi,
mengonsumsi obat anti hipertensi, lebih rutin berolahraga, menurunkan berat
badan dengan mengurangi makan, mengurangi rokok, mengurangi ikan asin,
mengurangi garam, dan mengurangi vetsin. Pola makan di perdesaan ditandai
dengan tidak adanya perbedaan asupan zat gizi juga diduga karena adanya
perubahan urbanisasi pola hidup sehingga pola makan cenderung mulai homogen.
Selain itu, kelemahan penelitian ini intake asupan natrium hanya berasal dari
makanan, belum merupakan garam tambahan seperti penggunaan garam meja.
Pada penelitian ini, umur dapat menjadi variabel pencetus terjadinya hipertensi
karena berbeda signifikan terhadap kejadian hipertensi antar kelompok normal
dan hipertensi (p=0.001 p<0.05).
Berdasarkan temuan pada penelitian di atas, maka perlu dilakukan
penelitian selanjutnya untuk mengetahui aspek akses pangan yang memengaruhi
terjadinya kerawanan pangan pada wanita diperdesaan yang akhirnya
berhubungan dengan hipertensi. Perhatian terhadap kriteria responden telah
melakukan perubahan diet atau belum dan juga menggunakan alat ukut kesehatan
mental yang lain agar bisa dilakukan perbandingan. Selain itu, pengukuran
terhadap asupan natrium pada garam tambahan seperti garam meja, kecap, dan
bumbu lainnya juga perlu diperhatikan. Desain penelitian kohort atau case control
terhadap hubungan rawan pangan dengan hipertensi dapat menjadi perhatian
untuk penelitian selanjutnya. Pengembangan variabel yang lebih luas juga bisa
menjadi perhatian pada penelitian selanjutnya mengingat dimensi kerawanan
pangan yang sangat luas, tidak hanya aksesibilitas, namun juga terdapat dimensi
ketersediaan, utilitas, dan stabilitas.
Collections
- MT - Human Ecology [2190]