Show simple item record

dc.contributor.advisorYuliasih, Indah
dc.contributor.advisorDarmawati, Emmy
dc.contributor.authorSrimurni, Rafika Ratik
dc.date.accessioned2018-11-19T07:45:47Z
dc.date.available2018-11-19T07:45:47Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/95186
dc.description.abstractSalak dalam bentuk tandan (Salacca edulis Reinw.) memiliki bentuk unik yang bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen dan juga meningkatkan pemasaran. Pemasaran salak dalam bentuk tandan jarang tersedia, karena terbatasnya bentuk kemasan. Pemasaran salak tandan perlu didukung oleh kemasan primer dan sekunder untuk mempermudah penanganan, melindungi buah selama transportasi, dan menambah daya tarik konsumen. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh desain kemasan buah salak satu tandan yang terdiri dari kemasan primer dan kemasan sekunder dengan penambahan net foam, menganalisis kerusakan buah salak tandan dalam kemasan setelah transportasi dan perubahan mutu buah selama penyimpanan, serta menganalisis biaya penggunaan kemasan hasil rancangan. Bahan yang digunakan adalah buah salak pondoh organik dalam bentuk tandan dengan tingkat kematangan 75-80% (bobot rata-rata 1-2 kg) yang diambil dari Desa Gunung Giyana (Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah), peti kayu, net foam sebagai kemasan pelindung, kemasan primer berbahan karton gelombang single wall flute C, dan kemasan sekunder berbahan karton gelombang double wall flute BC. Tahapan penelitian yang dilakukan adalah menentukan dimensi salak pondoh satu tandan, menentukan dimensi kemasan primer untuk satu tandan salak, menentukan dimensi kemasan sekunder untuk isi 6 kemasan primer,mengukur nilai kuat tekan dan tumpukan maksimum kemasan, menganalisis efisiensi susunan kemasan di atas pallet dan mobil pick-up, serta menganalisis kelayakan usaha penjualan salak tandan menggunakan kemasan hasil rancangan. Tahap selanjutnya yaitu transportasi, penyimpanan buah selama 22 hari dengan pengamatan setiap 3 hari sekali untuk melihat kerusakan buah, perubahan susut bobot, kekerasan, total padatan terlarut, dan warna kulit buah. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal yang melibatkan 3 perlakuan kemasan yaitu peti kayu (K1), kardus tanpa net foam (K2) dan kardus dengan net foam (K3). Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif dan analisis statistik ANOVA taraf 5% dan uji lanjut DMRT. Hasil penelitian menunjukkan kemasan primer mempunyai dimensi 160 × 160 × 185 mm untuk mengemas satu tandan salak dengan bobot rata-rata 1,602.1  261.7 g/tandan dan dimensi buah 137 ± 8.3 mm (diameter lebar) dan 170 ± 6.9 mm (dameter tinggi). Desain kemasan primer berbahan karton gelombang flute C (single wall) tipe RSC yang diberi ventilasi berbentuk lingkaran berdiameter 15 mm masing-masing 2 lubang pada bagian dinding kemasan, mempunyai nilai kuat tekan kemasan sebesar 65.0 kgf mampu menahan 23-43 tumpukan. Kemasan sekunder dibuat tipe PTD berbahan karton gelombang flute BC (double wall). Dimensi kemasan sekunder (body) dan tutup (cover) yaitu 501 × 341 × 286 mm dan 529 × 369 × 150 mm untuk kapasitas buah maksimal 12 kg (6 kemasan primer) mempunyai nilai kuat tekan maksimum 132.2 kgf mampu menahan 3-4 tumpukan kemasan. Dimensi kemasan sekunder termasuk ke dalam good fit pada pick-up dan average fit efisiensi pada pallet (ukuran 1,200 × 800 dan 1,140 × 1,140 mm), sehingga dapat memenuhi kebutuhan untuk distribusi lokal maupun ekspor ke beberapa negara Eropa, Singapura, dan China. Penggunaan kemasan primer mampu menekan kerusakan mekanis buah salak pondoh tandan setelah 13 jam transportasi, kerusakan mekanis ditekan hingga 0% dengan adanya kemasan pelindung (net foam). Penggunaan kemasan hasil rancangan berpengaruh nyata terhadap perubahan mutu buah salak pondoh tandan selama penyimpanan (kerusakan fisik, kerusakan fisiologis dan mikrobiologis, susut bobot, kekerasan, total padatan terlarut, serta kecerahan warna kulit buah). Perlakuan terbaik yaitu penggunaan kemasan kardus dengan net foam dimana kerusakan fisiologis dan mikrobiologis masih rendah hingga penyimpanan hari ke-16 yaitu sebesar 4.05% dan menunjukkan laju perubahan mutu paling rendah selama 22 hari penyimpanan. Pendapatan yang diperoleh dari penjualan salak dalam bentuk tandan pada skala ritel yaitu sebesar Rp 1,722,242 untuk satu kali distribusi menggunakan mobil pick-up yang dapat mengangkut 432 tandan salak (72 kemasan distribusi). Harga jual produk Rp 23,920/tandan menghasilkan nilai R/Cratio 1.20, yang artinya usaha ini menguntungkan apabila dijalankan.id
dc.language.isoidid
dc.subject.ddcAgroindustrial Technologyid
dc.subject.ddcPackaging Designid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcBanjarnegara, Jawa Tengahid
dc.titleDesain Kemasan Salak Segar (Salacca edulis Reinw.) dalam Bentuk Tandan (Studi Kasus Salak Pondoh Banjarnegara).id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordsalakid
dc.subject.keywordtandanid
dc.subject.keyworddesain kemasanid
dc.subject.keywordkardusid
dc.subject.keywordkemasan transportasiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record