Show simple item record

dc.contributor.advisorKusmana, Cecep
dc.contributor.advisorNurjaya, I Wayan
dc.contributor.authorAndika, Ida Bagus Made Baskara
dc.date.accessioned2018-11-15T02:12:45Z
dc.date.available2018-11-15T02:12:45Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/95078
dc.description.abstractEkosistem mangrove di Teluk Bali ditetapkan menjadi kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai pada tahun 1993. Ekosistem mangrove ini terdapat di sepanjang Teluk Benoa. Kawasan Tahura Ngurah Rai berada di wilayah strategis pariwisata Bali yaitu Nusa Dua, Kuta, dan Sanur. Selain itu wilayah ini juga merupakan dua pintu masuk Pulau Bali yaitu Bandara Ngurah Rai dan Pelabuhan Benoa. Hal tersebut mengakibatkan tekanan yang besar pada kawasan Tahura Ngurah Rai. Banyak pembangunan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata pada wilayah sekitar kawasan Tahura Ngurah Rai yang berdampak pada ekosistem mangrove di wilayah tersebut. Pada Tahun 2012 dilakukan pembangunan jalan tol Bali Mandara di sepanjang wilayah perairan Teluk Benoa. Jalan tol Bali Mandara ini merupakan jalan tol pertama di Bali dan jalan tol atas laut pertama di Indonesia. Jalan tol ini merupakan jalan pintas yang menghubungkan wilayah Nusa Dua, Bandara Ngurah Rai, dan Sanur. Dikhawatirkan adanya jalan tol tersebut berdampak pada ekosistem mangrove di Tahura Ngurah Rai. Dampak lingkungan tersebut dapat terjadi baik pada saat pembangunan maupun setelah berdirinya jalan tol Bali Mandara. Dampak yang terjadi diamati berbagai kondisi biofisik lingkungan ekosistem mangrove yaitu vegetasi dan fauna mangrove, pasang surut dan arus, tanah, dan kualitas air. Kondisi arus di wilayah perairan Teluk Benoa sangat dipengaruhi oleh adanya pasang surut. Pada saat pasang arah arus cenderuh mengarah ke dalam teluk, sedangkan pada saat surut arah arus cenderung mengarah ke luar teluk. Pergerakan arus mengalami gangguan setelah adanya jalan tol Bali Mandara. Jalan tol yang berada di sepanjang perairan Teluk Benoa menghambat pergerakan arus yang ada di wilayah perairan tersebut. Hal tersebut mengakibatkan menurunnya kecepatan arus di wilayah perairan Teluk Benoa. Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, kecepatan arus mengalami penurunan pada setiap kondisi tidal. Pada tahun 1995 kecepatan arus berkisar antara 0 – 1.2 m/dt, sedangkan pada tahun 2016 kecepatan arus berkisar antara 0 – 0.84 m/dt. Wilayah perairan Teluk Benoa mengalami peningkatan sedimentasi yang cukup signifikan. Dalam kurun waktu 9 tahun terakhir telah terjadi peningkatan luas sedimentasi sebesar 483.62 ha. Pada tahun 2006 luas sedimentasi sebesar 1480.52 ha, sedangkan pada tahun 2015 (setelah pembangunan jalan tol Bali Mandara) luas sedimentasi sebesar 1966.14 ha. Sedimentasi terjadi diakibatkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah jalan tol Bali Mandara. Adanya jalan tol mengakibatkan arus air yang membawa material sedimentasi mengalami penurunan kecepatan sehingga material yang terbawa tersebut menjadi mengendap di wilayah tersebut. Sedimentasi dampak berdampak positif dengan bertambahnya luas ekosistem mangrove, tetapi apabila terjadi dalam skala besar dan luas dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem mangrove tersebut. Kualitas air mengalami penurunan tetapi masih dalam kategori normal untuk pertumbuhan ekosistem mangrove. Beberapa indikator kualitas air yang diamati pada penelitian ini yaitu suhu, kekeruhan, derajat keasaman (pH), salinitas dan kandungan oksigen terlarut (DO). Suhu air tidak mengalami perubahan berkisar 28 – 28.7 °C. Kekeruhan air saat ini berkisar antara 10.4 – 31.5 NTU. Nilai pH mengalami penurunan, sebelumnya berkisar antara 8.16-8.5 sedangkan pada saat ini berkisar antara 7.6-7.8. Salinitas air mengalami penurunan, sebelumnya berkisar antara 19.9-28.2 sedangkan setelah pembangunan jalan tol berkisar antara 14.8- 24.22 ‰. DO mengalami penurunan, sebelumnya berkisar antara 5.96-7.37 mg/L sedangkan pada saat ini berkisar antara 3.8-5.4 mg/L. Kualitas air di wilayah ekosistem mangrove sangat dipengaruhi oleh kombinasi antara kandungan air laut dan air tawar. Adanya pembangunan jalan tol Bali Mandara menghambat masuknya air laut yang memasuki wilayah Tahura Ngurah Rai. Menurunnya kandungan air laut di wilayah Tahura Ngurah Rai, mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas air. Vegetasi dan fauna mangrove tidak mengalami perubahan signifikan dari adanya pembangunan jalan tol Bali Mandara. Fauna mangrove yang mendominasi di wilayah Tahura Ngurah Rai adalah komunitas burung dan komunitas makrozoobentos. Pada saat ini, pembangunan jalan tol berdampak pada hilangnya beberapa habitat komunitas burung untuk mencari makan. Ditemukan 12 jenis Vegetasi mangrove di Tahura Ngurah Rai, didominasi oleh jenis Sonneratia alba dan Rhizopora apiculata. Belum terjadi perubahan jenis pada saat setelah pembangunan jalan tol Bali Mandara. Pembangunan jalan tol Bali Mandara berdampak pada perubahan beberapa kondisi biofisik lingkungan ekosistem mangrove. Pada saat ini perubahan tersebut belum berdampak signifikan pada ekosistem mangrove di Tahura Ngurah Rai. Dampak perubahan tersebut dapat terlihat dalam beberapa tahun kedepan. Apabila perubahan tersebut dibiarkan maka akan terjadi dampak yang lebih besar pada ekosistem mangrove di Tahura Ngurah Rai.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcNatural Resourcesid
dc.subject.ddcMangrove Ecosystemid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcBanoa-Baliid
dc.titleDampak Pembangunan Jalan Tol Bali Mandara terhadap Ekosistem Mangrove di Teluk Benoa Bali.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordDampak lingkunganid
dc.subject.keywordekosistem mangroveid
dc.subject.keywordTaman Hutan Raya Ngurah Raiid
dc.subject.keywordTeluk Benoaid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record