Ketimpangan Ekonomi Nasional di Era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2014) : Perspektif Ekonomi Politik
Abstract
Kesejahteraan masyarakat merupakan cita-cita luhur bangsa yang harus
diwujudkan sebagaimana tertera dalam Mukaddimah Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 45). Sejak masa kemerdekaan
Indonesia, pembangunan ekonomi untuk kesejahteraan masyarakatnya mengalami
pasang-surut. Era Reformasi cenderung erat kaitannya dengan pemerintahan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sepuluh tahun menjalani roda
pemerintahan, perekonomian Indonesia cenderung positif di bawah
kepemimpinan SBY, namun tidak diikuti dengan peningkatan kesejahteraan
rakyatnya.1 Ini dibuktikan dengan meningkatnya ketimpangan yang ditandai
dengan meningkatnya indeks gini menjadi 0,41 pada 2014 (sebelumnya hanya
0,36 pada 2004).2 Oligarki ekonomi diduga menjadi salah satu penyebab adanya
percepatan ketimpangan. Sejak reformasi, trasnformasi struktural perekonomian
Indonesia yang diharapkan lebih berkeadilan ternyata mengalami hambatan akibat
tren penguasaan aset dan akses terhadap sumberdaya ekonomi. Analisis ekonomi
politik digunakan dalam penelitian ini untuk mengeksplorasi hal-hal yang terkait
dengan kebijakan pembangunan ekonomi nasional di bawah pemerintahan
Presiden SBY. Hasilnya ialah ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
ketimpangan ekonomi nasional seperti manfaat pertumbuhan ekonomi yang
positif nyatanya hanya dinikmati oleh segelintir masyarakat,dan lain sebagainya.
