Suplementasi Bekatul Beras Hitam untuk Menghambat Perkembangan Kanker Kolon Melalui Penghambatan Proliferasi dan Peningkatan Apoptosis pada Mencit BALB/c
View/ Open
Date
2018Author
Kurniati, Yeni
Nuraida, Lilis
Budijanto, Slamet
Dewi, Fitriya Nur Annisa
Metadata
Show full item recordAbstract
Bekatul beras hitam merupakan hasil samping dari pengolahan gabah beras hitam yang kurang dimanfaatkan. Bekatul beras hitam memiliki kandungan serat dan komponen bioaktif yang tinggi dibanding bekatul beras merah dan beras putih. Kandungan serat dan komponen bioaktif bekatul dapat menghambat perkembangan kanker kolon dengan menghambat proliferasi sel kanker dan meningkatkan apoptosis. Apoptosis diregulasi oleh caspase 8, caspase 3 dan gen pro-apoptosis lainnya. Peningkatan ekspresi mRNA caspase 8 dan caspase 3 akan menekan ekspresi mRNA pcna (gen proliferasi). Komponen bioaktif utama pada bekatul beras hitam yang berperan menghambat perkembangan kanker kolon adalah antosianin, asam ferulat, asam protokatekat, asam fitat, -oryzanol, β-sitosterol dan tokotrienol/tokoferol. Tujuan penelitian adalah mengevaluasi efek pemberian bekatul beras hitam terhadap sebaran nodul, histopatologi kolon dan ekspresi mRNA caspase 3, caspase 8, dan pcna.
Evaluasi penghambatan perkembangan kanker kolon pada mencit BALB/c dengan suplementasi bekatul beras hitam telah dilakukan melalui observasi kondisi klinis, analisis berat organ kolon, hati, ginjal, limpa, jumlah nodul tumor, histopatologi, dan ekspresi level gen pcna, caspase-3 dan caspase-8. Mencit BALB/c sebanyak 24 ekor dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok yang diinduksi AOM/DSS + pakan standar (K+), kelompok normal (K-), dan kelompok perlakuan yang diinduksi AOM/DSS + diberi ransum termodifikasi berbasis bekatul beras hitam (BRB). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang diperoleh dianalisis dengan analysis of variance (ANOVA). Kemudian dilanjutkan dengan uji beda Tukey HD pada taraf 5 % untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan.
Berat badan rata-rata K+ yang diberi AOM / DSS secara signifikan lebih rendah dibanding BRB (2.66 ± 1.28 (g) vs 29.10 ± 3.31 (g)). Kelompok BRB memiliki berat kolon secara signifikan lebih rendah dibanding K + (0.19 ± 0.04 (g) vs 0.25 ± 0.03 (g)). Berat rata-rata hati K-, K+, dan BRB masing-masing : 1.23 ± 0.14 (g); 1.24 ± 0.15 (g); dan 1.37 ± 0.24 (g). Berat rata-rata ginjal K-, K+, dan BRB masing-masing : 0.21 ± 0.02 (g); 0.20 ± 0.02 (g); dan 0.22 ± 0.01 (g). Berat rata-rata limpa K-, K+, dan BRB masing-masing : 0.09 ± 0.01 (g); 0.09 ± 0.015 (g); dan 0.09 ± 0.01 (g). Sebaran nodul BRB menunjukkan penurunan yang signifikan dibanding K+ (1.65 ± 0.71 nodul/cm2 vs 5.73 ± 2.93 nodul/cm2). Penampakan histopatologi jaringan kolon pada BRB menunjukkan adanya penghambatan terhadap laju perkembangan tumor dibanding K+. Pemberian bekatul beras hitam pada kelompok BRB secara signifikan menurunkan ekspresi pcna dibandingkan dengan mencit kontrol (K+) (0.58 ± 0.09-kali lipat vs 5.22 ± 0.80-kali lipat). Ekspresi caspase 3 (0.91 ± 0.20-kali lipat) dan caspase 8 (0.36 ± 0.15- kali lipat) pada kelompok BRB secara signifikan meningkat dibanding K +.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2271]