Show simple item record

dc.contributor.advisorWahyuni, Ekawati Sri
dc.contributor.advisorAgusta, Ivanovich
dc.contributor.authorDewi, Marlina Afrian
dc.date.accessioned2018-06-26T04:25:02Z
dc.date.available2018-06-26T04:25:02Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/92356
dc.description.abstractKonflik antara pemerintah pusat dan GAM terjadi pada tahun 1976-2005. Konflik berkepanjangan telah melahirkan kesengsaraan bagi seluruh masyarakat Aceh. Perempuan khususnya inong balee merasakan dampak konflik yang lebih berat dibandingkan masyarakat biasa. Namun pasca perdamaian, para inong balee kurang diperhatikan oleh pemerintah dalam proses reintegrasi Aceh. Penelitian ada tiga tujuan. Pertama, mendeskripsikan realitas kehidupan inong balee di Tiro dan Seunagan Timur. Kedua, menganalisis proses reintegrasi inong balee dalam masyarakat di Tiro dan Seunagan Timur. Ketiga, menganalisis strategi nafkah rumahtangga inong balee di Tiro dan Seunagan Timur. Penelitian ini dilakukan di Tiro Pidie dan Seunagan Timur Nagan Raya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengukur aset penghidupan, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga. Responden dipilih sebanyak 70 inong balee, yaitu 35 inong balee dari Seunagan Timur dan 35 inong balee dari Tiro yang ditentukan secara purposive. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mempertajam analisis kuantitatif. Selain inong balee, subjek penelitian adalah ketua BRA pusat, Keuchik Gampong dan beberapa warga desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada masa konflik, inong balee di Tiro lebih menderita dibandingkan inong balee di Seunagan Timur, karena sebagian besar inong balee di Tiro adalah istri GAM dan Tiro sendiri adalah pusat konflik yang pernah diberlakukan DOM. Proses reintegrasi ke dalam masyarakat dilakukan oleh inong balee di Tiro dan Seunagan Timur berdasarkan tindakan rasional instrumental dan rasional nilai. Proses reintegrasi berjalan dengan lancar dan mendapat dukungan positif dari masyarakat setempat. Bentuk-bentuk bantuan reintegrasi inong balee di Tiro dan Seunagan Timur terdiri dari bantuan bidang sosial dan bidang ekonomi, namun jumlah bantuan yang diterima setiap inong balee berbeda-beda, tergantung akses yang digunakan. Strategi nafkah dilakukan oleh inong balee berdasarkan kepemilikan aset-aset penghidupan, yakni modal alam, modal sosial, modal manusia, modal fisik dan modal finansial. Strategi nafkah yang dilakukan adalah strategi pertanian, non-pertanian dan pola nafkah ganda. Strategi yang dominan dilakukan oleh inong balee di Tiro yaitu pertanian dan Seunagan Timur yaitu pola nafkah ganda. Namun, kedua kelompok inong balee ini masih sangat bergantung pada pertanian. Rendahnya kepemilikan modal alam membuat mereka langgeng dalam kemiskinan. Sementara itu, rumahtangga inong balee yang melakukan strategi non-pertanian di Tiro tidak termasuk dalam penduduk miskin, karena mereka memiliki modal manusia yang tinggi. Modal sosial yang kuat yang dimiliki oleh inong balee di Tiro dan Seunagan Timur menjadi faktor kunci terpeliharanya ketahanan dan keberlanjutan rumahtangga.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcSociologyid
dc.subject.ddcSocial Conflictid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcdi Pidie, ACEHid
dc.titleReintegrasi dan Strategi Nafkah Rumahtangga Inong Balee Pasca Konflik di Aceh.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordKonflik RI-GAMid
dc.subject.keywordInong Baleeid
dc.subject.keywordStrategi Nafkahid
dc.subject.keywordPenghidupan Berkelanjutanid
dc.subject.keywordReintegrasiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record