Reintegrasi dan Strategi Nafkah Rumahtangga Inong Balee Pasca Konflik di Aceh.
View/ Open
Date
2018Author
Dewi, Marlina Afrian
Wahyuni, Ekawati Sri
Agusta, Ivanovich
Metadata
Show full item recordAbstract
Konflik antara pemerintah pusat dan GAM terjadi pada tahun 1976-2005. Konflik berkepanjangan telah melahirkan kesengsaraan bagi seluruh masyarakat Aceh. Perempuan khususnya inong balee merasakan dampak konflik yang lebih berat dibandingkan masyarakat biasa. Namun pasca perdamaian, para inong balee kurang diperhatikan oleh pemerintah dalam proses reintegrasi Aceh.
Penelitian ada tiga tujuan. Pertama, mendeskripsikan realitas kehidupan inong balee di Tiro dan Seunagan Timur. Kedua, menganalisis proses reintegrasi inong balee dalam masyarakat di Tiro dan Seunagan Timur. Ketiga, menganalisis strategi nafkah rumahtangga inong balee di Tiro dan Seunagan Timur. Penelitian ini dilakukan di Tiro Pidie dan Seunagan Timur Nagan Raya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengukur aset penghidupan, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga. Responden dipilih sebanyak 70 inong balee, yaitu 35 inong balee dari Seunagan Timur dan 35 inong balee dari Tiro yang ditentukan secara purposive. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mempertajam analisis kuantitatif. Selain inong balee, subjek penelitian adalah ketua BRA pusat, Keuchik Gampong dan beberapa warga desa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada masa konflik, inong balee di Tiro lebih menderita dibandingkan inong balee di Seunagan Timur, karena sebagian besar inong balee di Tiro adalah istri GAM dan Tiro sendiri adalah pusat konflik yang pernah diberlakukan DOM. Proses reintegrasi ke dalam masyarakat dilakukan oleh inong balee di Tiro dan Seunagan Timur berdasarkan tindakan rasional instrumental dan rasional nilai. Proses reintegrasi berjalan dengan lancar dan mendapat dukungan positif dari masyarakat setempat. Bentuk-bentuk bantuan reintegrasi inong balee di Tiro dan Seunagan Timur terdiri dari bantuan bidang sosial dan bidang ekonomi, namun jumlah bantuan yang diterima setiap inong balee berbeda-beda, tergantung akses yang digunakan.
Strategi nafkah dilakukan oleh inong balee berdasarkan kepemilikan aset-aset penghidupan, yakni modal alam, modal sosial, modal manusia, modal fisik dan modal finansial. Strategi nafkah yang dilakukan adalah strategi pertanian, non-pertanian dan pola nafkah ganda. Strategi yang dominan dilakukan oleh inong balee di Tiro yaitu pertanian dan Seunagan Timur yaitu pola nafkah ganda. Namun, kedua kelompok inong balee ini masih sangat bergantung pada pertanian. Rendahnya kepemilikan modal alam membuat mereka langgeng dalam kemiskinan. Sementara itu, rumahtangga inong balee yang melakukan strategi non-pertanian di Tiro tidak termasuk dalam penduduk miskin, karena mereka memiliki modal manusia yang tinggi. Modal sosial yang kuat yang dimiliki oleh inong balee di Tiro dan Seunagan Timur menjadi faktor kunci terpeliharanya ketahanan dan keberlanjutan rumahtangga.
Collections
- MT - Human Ecology [2166]