Show simple item record

dc.contributor.advisorRatnadewi, Diah
dc.contributor.advisorSumaryono
dc.contributor.authorSari, Putty Sabrina
dc.date.accessioned2018-04-23T01:12:18Z
dc.date.available2018-04-23T01:12:18Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/92142
dc.description.abstractKultur suspensi sel secara in vitro merupakan alternatif untuk memproduksi metabolit sekunder secara, kontinyu dan tidak bergantung pada faktor lingkungan. Optimalisasi pertumbuhan sel telah banyak dilakukan dalam labu Erlenmeyer yang diletakkan di atas meja pengocok (shaker) horizontal maupun dalam bioreaktor. Pengocokan ini dilakukan guna memisahkan agregat sel dan menciptakan aerasi dalam kultur suspensi sel, sedangkan bioreaktor mendapatkan aerasi dengan bantuan aerator. Manipulasi kultur sel dengan menggunakan elisitor yaitu agen pencipta stress, bertujuan meningkatkan produksi senyawa sekunder. Penelitian ini bertujuan membandingkan laju pertumbuhan sel tanaman kina Cinchona ledgeriana dalam media cair di atas meja pengocok dan dalam bioreaktor beraerasi. Asam absisat (ABA), metil jasmonat (MeJA) dan manitol digunakan sebagai elisitor, yaitu agen pencipta cekaman yang diamati pengaruhnya terhadap pertumbuhan sel. Tahap proliferasi kalus dilakukan untuk memperbanyak kalus remah yang digunakan sebagai inokulum untuk kultur suspensi sel. Pertumbuhan kultur suspensi sel diukur dengan metode Cell Volume after Sedimentation (CVS) selama 7 minggu pada media yang dikocok dan 6 minggu pada bioreaktor, lalu dilanjutkan dengan analisis sitologi pada sel dalam media cair yang dikocok. Pertumbuhan volume sel dan jumlah biomassa terbaik dalam media cair yang dikocok diperoleh pada perlakuan kontrol (KM dan KS) yang diikuti pada perlakuan ABA (A5M dan A5S) dengan rerata laju pertumbuhan yang masih terus meningkat hingga minggu ke-7. Berdasarkan analisis sitologi, persentase viabilitas sel juga tinggi pada perlakuan KM, KS, A5M, dan A5S, bersesuaian dengan laju pertumbuhannya. Sel dengan bentuk bulat dan oval dominan pada minggu ke-3, sedangkan bentuk panjang dominan pada minggu ke-7. Perlakuan MeJA 10 dan 20 mg/L menghambat pertumbuhan sel. Pertumbuhan sel kina tidak cukup baik dalam bioreaktor, namun pada kontrol KS, sel menunjukkan pertumbuhan dibandingkan sel pada perlakuan ABA dan MeJA yang mengalami penghambatan pertumbuhan sepanjang masa kultur. Masalah teknis dalam bioreaktor menyebabkan pengadukan media oleh hembusan udara dari aerator tidak sempurna, sehingga sel-sel mengendap di dasar bioreaktor, serta terjadinya pembentukan busa yang menghambat aerasi.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcBiologyid
dc.subject.ddcElicitorid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.titlePertumbuhan Kultur Suspensi Sel Tanaman Kina (Cinchona ledgeriana Moens) dalam Media Cair yang Dikocok dan Bioreaktor Beraerasi.id
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordElisitorid
dc.subject.keywordvolume selid
dc.subject.keywordviabilitas selid
dc.subject.keywordbentuk selid
dc.subject.keywordkina.id


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record