Show simple item record

dc.contributor.advisorPurwanto, M Yanuar J
dc.contributor.advisorSulistyantara, Bambang
dc.contributor.authorGandri, La
dc.date.accessioned2018-04-18T07:57:49Z
dc.date.available2018-04-18T07:57:49Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/91547
dc.description.abstractBanjir di wilayah perkotaan merupakan bencana yang sering terjadi di Indonesia termasuk Kota Kendari. Pesatnya laju urbanisasi dan tidak efektifnya penerapan aturan pengendalian perkembangan kota mengakibatkan terjadinya masalah lingkungan.Melonjaknya kebutuhan terhadap lahanyang mendorong terjadinya konversi lahan yang sebelumnya bervegetasi menjadi lahan-lahan yang kedap air merupakan kondisi yang tidak terhindarkan. Perluasan kawasan Kota Kendari mendorong percepatan ekspansi ruang terbangun secara tak terkendali dan berkurangnya kawasan hutan yang cepat. Berdasarkan data historis kejadian banjir, Kota Kendari telah menjadi daerah langganan banjir. Kejadian banjir dengan kerugian terbesar terjadi pada tahun 2013 dimana kerugian ekonomi mencapaiangka miliaran rupiah.Aspek yang sangat penting dalam upaya memutus terjadinya banjir berkepanjangan di Kota Kendari adalah tersedianya peta tingkat bahaya banjir sehingga dapat dijadikan dasar untuk menentukan prioritas strategi konservasi sumberdaya air yang sesuai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan karakteristik kriteria pembentuk banjir, mengetahui sebaran bahaya banjir serta menentukan alternatif terbaik strategi konservasi sumberdaya air dalam rangka pencegahan banjir di Kota Kendari. Penentuan tingkat bahaya banjir di Kota Kendari menggunakan model MAFF-Japan melalui analisis spasial (overlay) dengan sistem skoring dan pembobotan dari 6 parameter yang digunakan, yaitu: penggunaan lahan, curah hujan, kelerengan, bentuk lahan, tanah dan geologi. Selanjutnya dalam penentuan alternatif terbaik konservasi sumberdaya air dilakukan dengan pendekatan analisis hirarki proses yaitu dengan merinci isu penting ke dalam komponen-komponen penting, kemudian mengatur komponen tersebut ke dalam sebuah hirarki. Untuk mendukung suatu upaya konservasi sumberdaya air, perlu diidentifikasi faktorfaktor penyebab banjir sehingga dapat dirumuskan sebuah program tindakan konservasi sumberdaya air yang efektif dalam mengurangi serta mencegah banjir. Penggunaan lahan serta kelerengan merupakan dua faktor penting dalam suatu kejadian banjir serta merupakan input utama dalam membangun model bahaya banjir. Hasil analisis terhadap tingkat bahaya banjir MAFF-Japan menggunakan skor awal menunjukkan bahwa Kota Kendari terdiri dari wilayah yang rawan banjir sebesar 13,62%, wilayah berpotensi banjir sebesar 52,43%, dan wilayah aman 33,95 %. Hasil validasi lapangan dan kesesuaian dengan peta banjir yang disusun oleh BAPPEDA, menunjukkan bahwa peta hasil analisis tingkat bahaya dengan model MAFF-Japan memiliki akurasi yang cukup tinggi. Prioritas utama dalam konservasi sumberdaya air dalam rangka pencegahan banjir di Kota Kendari berdasarkan penilaian AHP adalah dengan melakukan reboisasi. Alternatif Konservasi sumberdaya air berdasarkan kriteria penggunaan lahan dan kelerengan yaitu dengan melakukan reboisasi sebagai prioritas utama pada kawasan hutan dan disusul oleh RTH. Pada padang rumput/alang-alang, RTH menjadi prioritas disusul oleh reboisasi, pada lahan semak belukar, situ/kolam resapan menjadi prioritas yang disusul oleh RTH, pada kebun campuran, embung lebih prioritas disusul oleh reboisasi, pada lahan Kantor Gubernur dan Kampus UHO, LRB lebih prioritas yang disusul oleh pembuatan sumur resapan, pada permukiman RTH menjadi prioritas yang disusul olehsumur resapan, pada sawah embung lebih prioritas yang disusul oleh situ/kola resapan serta sumur resapan, pada lahan tambak RTH lebih prioritas yang disusul oleh terasering, pada tegalan/ladang LRB lebih prioritas disusul oleh embung, pada hutan mangrove reboisasi menjadi prioritas yang disusul oleh RTH, pada jalan green street lebih prioritas yang disusul oleh parit resapan dan RTH, pada lereng 0-2%, LBR lebih prioritas yang diikuti oleh pembuatan parit resapan, pada lereng 2-15% LRB lebih prioritas yang disusul oleh sumur resapan dan lereng 15-40% dan >40% reboisasi lebih prioritas dan disusul oleh terasering. Hasil analisis tingkat bahaya banjir berdasarkan model simulasi I dengan menerapkan alternatif prioritas konservasi sumberdaya air menunjukkan bahwa luas wilayah dengan zona aman meningkat menjadi 87,96% wilayah dengan zona potensi banjir dan zona rawan banjir turun menjadi 11,83% dan 0,21%. Sedangkan hasil analisis tingkat bahaya banjir berdasarkan model simulasi II dengan menerapkan dua alternatif konservasi sumberdaya air bahwa luas wilayah dengan zona aman meningkat menjadi 99,2%, wilayah dengan zona potensi banjir dan zona rawan banjir turun menjadi 0,8% dan 0%. Berdasarkan kedua simulasi tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa model simulasi II yaitu dengan menerapkan dua alternatif konservasi sumberdaya air dipandang lebih baik dalam rangka mencegah banjir di Kota Kendariid
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcEnvironmental scienceid
dc.subject.ddcConservationid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcKendari-SULTRAid
dc.titleStrategi Konservasi Sumberdaya Air dalam Rangka Pencegahan Banjir pada Kawasan Perkotaan (Studi Kasus di Kota Kendari).id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordstrategi konservasiid
dc.subject.keywordbahaya banjirid
dc.subject.keywordMAFF-Japanid
dc.subject.keywordAHPid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record