Kualitas Diet dan Hubungannya dengan Kejadian Sindroma Metabolik pada Pekerja Pria
View/ Open
Date
2017Author
Putri, Pramita Ariawati
Briawan, Dodik
Ekayanti, Ikeu
Metadata
Show full item recordAbstract
Sindroma metabolik adalah penyimpangan sekumpulan fungsi tubuh yang
terdiri dari obesitas sentral, tekanan darah tinggi, dislipidemia dan gangguan
resistensi insulin, yang dapat mengakibatkan munculnya penyakit tidak menular
(Alberti et al. 2009). Sindroma metabolik pada pekerja dapat berdampak pada
kerugian ekonomi karena tingginya biaya berobat dan absen kerja (Curtis et al.
2007, Burton et al. 2008). Penyebab sindroma metabolik yang dapat diubah salah
satunya adalah konsumsi pangan. Baik atau tidaknya konsumsi pangan dapat dilihat
dilihat dari kesesuaian dengan pedoman gizi suatu negara dan dapat diketahui
dengan mengukur kualitas diet. Healthy Eating Index yang dikembangkan
berdasarkan Alternate Healthy Eating Index dan disesuaikan komponen dan
porsinya dengan Pedoman Gizi Seimbang 2014 dapat digunakan untuk mengetahui
kualitas diet pekerja pria.
Penelitian ini bertujuan menganalisis kualitas diet dan hubungannya dengan
kejadian sindroma metabolik pada pekerja pria. Tujuan khusus penelitian ini yaitu
1) Menilai kejadian sindroma metabolik (obesitas sentral, kadar glukosa darah,
kadar trigliserida, kadar kolesterol HDL dan tekanan darah); 2) Menilai kualitas
diet; 3) Menilai faktor-faktor risiko sindroma metabolik (karakteristik subjek,
aktivitas fisik, stres kerja, kebiasaan merokok dan riwayat penyakit tidak menular
orang tua); 4) Menganalisis hubungan kualitas diet dengan kejadian sindroma
metabolik (obesitas sentral, kadar glukosa darah, kadar trigliserida, kadar kolesterol
HDL dan tekanan darah); 5) Mengembangkan HEI sebagai instrumen penilaian
kualitas diet pada pekerja pria..
Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional. Penelitian dilakukan di
PT. Semen Indonesia, Kota Tuban, Jawa Timur. Penelitian dilakukan sejak Januari-
Maret 2017. Subjek pada penelitian ini berjumlah 101 pekerja pria. Data dianalisis
menggunakan uji Chi-Square, Mann-Whitney, Independent T-test, Paired t-test,
Wilcoxon test serta korelasi Pearson dan Spearman.
Hampir sepertiga dari pekerja pria mengalami sindroma metabolik,
kombinasi komponen sindroma metabolik yang paling banyak dialami oleh pekerja
pria adalah kolesterol HDL rendah, trigliserida tinggi dan obesitas sentral,
sedangkan glukosa darah puasa dan tekanan darah pekerja pria hampir seluruhnya
normal. Terdapat perbedaan nilai komponen sindroma metabolik yaitu obesitas
sentral, trigliserida, kolesterol HDL dan glukosa darah puasa pada pekerja pria
(p<0.05). Terdapat hubungan antara IMT dan lingkar pinggang pada pekerja pria
(p=0.000). Terdapat hubungan antara lingkar pinggang dengan kadar trigliserida
(p=0.002; r=0.306), kolesterol HDL (p=0.002; r=-0.307), dan glukosa darah puasa
(p=0.000; r=0.431).
Konsumsi pekerja pria baik mengalami sindroma metabolik maupun tidak
pada komponen grains dan alkohol sudah baik. Konsumsi komponen lain masih
belum maksimal. Terdapat perbedaan pada komponen sodium pekerja pria dengan
sindroma metabolik dan tidak sindroma metabolik jika menggunakan (p<0.05).
Total skor HEI pada pekerja pria tidak sindroma metabolik lebih tinggi
dibandingkan dengan pekerja sindroma metabolik dan terdapat perbedaan
signifikan (p<0.05). Lebih dari separuh pekerja pria, baik yang sindroma metabolik
maupun tidak sindroma metabolik, berada pada kategori kualitas diet butuh
perbaikan.
Lebih dari separuh pekerja pria baik mengalami sindroma metabolik
maupun tidak sindroma metabolik berada pada kategori dewasa akhir, menikah,
berpendidikan terakhir SMA/SMK, bekerja lebih dari 10 tahun, bekerja di unit
produksi, dan memiliki pendapatan perbulan > Rp. 10,000,000. Tidak terdapat
hubungan antara usia, status pernikahan, pendidikan terakhir, lama kerja, unit kerja,
dan pendapatan perbulan dengan kejadian sindroma metabolik pada pekerja pria
(p>0.05). Hampir separuh pekerja pria baik mengalami sindroma metabolik
maupun tidak sindroma metabolik memiliki tingkat aktivitas fisik dalam kategori
sedang. Rata-rata MET-menit/hari pada pekerja pria sindroma metabolik lebih
tinggi dibandingkan dengan tidak sindroma metabolik dan terdapat perbedaan
signifikan (p<0.05). Terdapat hubungan negatif antara aktivitas fisik dengan
obesitas sentral (p=0.013; r=-0.249) dan kadar trigliserida (p=0.030; r=-0.217).
Lebih dari separuh pekerja pria baik sindroma metabolik maupun tidak sindroma
metabolik, mengalami stres kerja dan tidak merokok. Terdapat hubungan antara
kebiasaan merokok dan jumlah rokok dengan obesitas sentral (p=0.002; r=-0.301).
Lebih dari separuh pekerja pria yang mengalami sindroma metabolik dan tidak
sindroma metabolik tidak memiliki riwayat penyakit tidak menular orang tua.
Terdapat hubungan antara riwayat penyakit tidak menular orang tua dengan glukosa
darah puasa [OR=3.6 (95% CI: 1.16,11.45)], pekerja pria yang memiliki orang tua
dengan riwayat penyakit tidak menular berisiko 3.6 kali lebih tinggi untuk
mengalami kadar glukosa darah puasa tinggi dibandingkan dengan yang tidak
memiliki orang tua dengan riwayat penyakit tidak menular.
Tidak terdapat hubungan antar kualitas diet dan komponen SM. Terdapat
hubungan antara komponen sodium dengan obesitas sentral (p=0.028; r=-0.219),
trigliserida (p=0.000; r=-0.387), dan kolesterol HDL (p=0.017; r=0.236). Terdapat
hubungan antara komponen buah dengan glukosa darah puasa (p=0.006; r=0.272).
Pekerja pria dengan kualitas diet baik memiliki lingkar pinggang dan kadar
trigliserida lebih rendah dan kadar kolesterol HDL lebih tinggi dibandingkan
pekerja pria dengan kualitas diet butuh perbaikan.
Collections
- MT - Human Ecology [2199]